Saturday, February 13, 2010

BUAH CINTA

Khazanah ilmu tasawuf mengenal seorang perempuan yang dianggap sebagai salah satu dari para tokoh sufi terbesar sepanjang sejarah. Namanya Rabiah Al-Adawiyah. Konon,
suatu hari Rabiah pernah diketemukan berlari-lari ke pasar dengan membawa seember
air di tangan kanannya dan sebilah obor di tangan kirinya.

Orang-orang keheranan. Mereka bertanya, “Hai Rabiah, apa yang kau lakukan?”
Rabiah menjawab, “Dengan air ini, aku ingin memadamkan neraka dan dengan api ini
aku ingin membakar surga; supaya setelah ini orang tidak lagi menyembah Tuhan
karena takut akan neraka dan karena berharap akan surga. Aku ingin setelah ini
hamba-hamba Tuhan akan menyembah-Nya hanya karena cinta

Seperti yang pernah diucapkan Imam Ali kw, banyak orang menyembah Tuhan karena
mengharapkan sesuatu. Ibadat mereka lakukan sebagai suatu investasi agar suatu saat
Tuhan membayar hasil ibadat itu kepada mereka. Imam Ali menyebut ibadat mereka
yang mengharapkan pahala sebagai ibadat para pedagang. Ada juga orang yang
menyembah Tuhan karena takut akan siksa-Nya. Mereka takut menghadapi azab
Tuhan. Menurut Imam Ali, ibadat mereka sama seperti pengabdian seorang budak
belian kepada tuannya. Ibadat yang sebenarnya adalah ibadat karena cinta. Itulah
ibadat orang-orang merdeka.

Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara menyembah Tuhan, bukan karena
mengharapkan pahala -Nya atau takut karena siksa-Nya. Para sufi ingin mengabdi
kepada Tuhan karena kecintaan kepada-Nya. Seorang tokoh sufi yang lain, Junaid Al
Baghdadi, mendefinisikan tasawuf sebagai “Engkau berusaha untuk selalu bersama
Allah tanpa ada persyaratan apa-pun. Engkau ingin selalu bergabung dengan Allah
tanpa pamrih apa-pun selain kebersamaan bersama-Nya.” Sejak saat itu, para ulama
dan orang-orang salih mengembangkan kiat-kiat agar kita menyembah Allah karena
cinta semata, bukan karena siksa atau pahala . Cinta yang disebut Junaid sebagai cinta
tanpa prasyarat; unconditional love

Sesungguhnya kalau kita kembali kepada ajaran Islam, kita akan menemukan cinta
tanpa pamrih itu. Rully Hit

No comments:

Post a Comment