Sunday, May 29, 2011

Sabar Itu Selalu Baik

Ada yang mengatakan bahwa sabar itu tidak selamanya baik. Mudah-mudahan yang dia maksud adalah “sabar” dalam definisi lain. Sabar yang tidak baik, bukanlah yang diambil dari kata shabar dari Al Quran dan hadits. Sebab, jika yang dimaksud itu sama dengan shabar seperti yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka itu salah besar. Jika sebuah sikap atau perilaku yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, maka itu pasti benar dan pasti baik.
Sabar Itu Perintah Allah
Silahkan buka Al Quran dan Hadits, banyak ayat dan hadits yang menyuruh kita untuk bersabar. Jadi tidak mungkin sabar itu tidak baik. Jadi, selalu baik dan ini ajaran dari Allah.
Allah Beserta Orang-orang Yang Sabar
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153)
Pastinya Allah senang bersama hamba-hamba-Nya yang melakukan kebenaran dan kebaikan. Jadi tidak mungkin jika “ada yang tidak baik”. Jika Anda mengatakan tidak selamanya baik, apakah jika Allah menyertai kita itu tidak baik?
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah suka dan memerintahkan kita untuk bersabar. Tentu saja tidak semuanya bisa ditampilkan disini karena saking banyaknya. Silahkan buka Al Quran dan Anda akan menemukannya dengan mudah. Bahkan, jika mau membuka kitab-kitab hadits, Anda akan menemukan lebih banyak lagi.
Allah Memberikan Balasan Kepada Orang Yang Sabar
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl:96)
Orang Yang Sabar Memiliki Kekuatan Lebih Besar
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal:65)
Para Nabi Adalah Mereka Yang Bersabar
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS Al Anbiyaa’:85)
Jelas sudah, kutipan-kutipan ayat diatas sudah menjelaskan kepada kita, bahwa sabar itu baik dan selalu baik. Ini merupakan bantahan bagi yang mengatakan tidak selalu baik atau ada batasnya. Saya penting mengatakan ini untuk mencegah kesalahan pengertian sehingga seolah ada ajaran Al Quran yang tidak membawa kebaikan. Saya hanya ingin menegaskan bahwa ajaran Al Quran itu benar dan selalu membawa kebaikan.
Dimulai Dengan Pemahaman Yang Benar
Salah satu penyebab mengapa orang mengatakan sesuatu yang salah tentang sabar itu karena pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah akibat kurang seriusnya dalam belajar. Tidak belajar pada sumbernya yang jelas dan valid, hanya mengikuti berbagai perkataan atau omongan sekilas yang bisa saja datang dari sekedar opini atau prasangka.
Dikiranya hanya diam. Dikiranya menyerah. Dikiranya hanya menunggu tanpa upaya. Memang, dalam kondisi tertentu, bisa dalam artian diam. Namun bukan sembarang diam, sebab tidak selamanya diam itu adalah kesabaran. Orang yang diam demi mempertahankan kebenaran, itulah yang disebut dengan kesabaran. Diam membiarkan kemunkaran itu bukan kesabaran. Menunda-nunda pekerjaan, bukanlah yang disebut kesabaran.
Bahkan saat seseorang marah, kemudian mengangkat pedang untuk menegakkan kebenaran, maka itu tidak akan menghilangkan sikap sabar pada diri orang tersebut. Siapa orang yang paling sabar? Tentu Rasulullah saw, tetapi beliau tetap berperang. Bahkan seringkali, dalam Al Quran, kata perjuangan, perang, dan jihad disandingkan dengan kata kesabaran.
Mulailah memahami apa definisinya dari sumber yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. Silakan Anda baca artikel lain yang menjelaskan tentang sabar dan definisinya, klik Perjuangan dan Kesabaran.
Jadi tetaplah sabar.
sumber : motivasi-Islami

Nasihat Yang Mengubah Hidup

Jika Anda sedang berjalan, kemudian mendapatkan nasihat dari seseorang bahwa ada bahaya dalam perjalanan yang Anda tempuh.
Apa reaksi Anda? Ada banyak reaksi yang bisa terjadi. Semua reaksi ini bisa terjadi spontan, tergantung bagaimana kondisi pikiran Anda.
Anda bisa mengatakan:
1. “Terima kasih telah memberi tahu saya.”
2. “Terima kasih telah mengingatkan.”
3. “Sok tahu! Saya juga tahu.”
4. “Emang siapa loe?”
5. “Bukan hanya bahaya, tapi menanjak juga!”
Anda bisa memilih sikap Anda. Mau yang mana? No 1 atau 2 adalah yang terbaik. Sebab orang itu justru akan menyelamatkan Anda. Nasihat itu tanda cinta, maka sewajarnya jika kita berterima kasih karena mendapatkannya tersebut.
Saya yakin, Anda tidak setuju dengan jawaban no 3 sampai 5. Disini, ego kita yang muncul. Namun, sering kali banyak yang melakukannya tanpa disadari. Mari kita bahas satu persatu.
Jika Anda Sudah Tahu Tentang Nasihat Itu
Bisa jadi, seseorang memberi nasihat kepada tentang sesuatu yang sebenarnya Anda sudah tahu. Anda sudah menjalankannya selama ini. Anda pernah membacanya. Anda pernah mendengarkannya. Namun, haruskah kita mengatakan hal jelek terhadap pemberi nasihat. Anda berusaha menunjukan diri bahwa Anda sudah tahu?
Tentu tidak, ingat bahwa nasihat tanda cinta. Meski kita sudah tahu, anggaplah itu untuk mengingatkan. Mungkin Anda tidak lupa, tetapi saat Anda mendengar secara berulang kali, maka akan lebih meresap ke dalam hati Anda dan akan membentuk karakter dan kepribadian Anda. Itu adalah sesuatu positif. Kenapa Anda harus menolaknya? Kenapa harus menunjukan ego sendiri?
Lihatlah Nasihatnya Bukan Orangnya
Terimalah nasihat meski Anda sudah tahu, bahkan saat Anda yang sebenarnya lebih pantas memberi nasihat. Bisa jadi, orang yang memberi nasihat tidak lebih tahu dibandingkan dengan Anda. Mungkin dia masih awam, kurang ahli, kurang bijak dibandingkan dengan Anda. Namun, lihatlah nasihatnya. Tidak perlu melihat orangnya, selama itu baik, bermanfaat untuk Anda, maka Anda patut berterima kasih.
Tidak perlu mempertanyakan “siapa loe?” Ini artinya kesombongan Anda muncul, merasa diri lebih hebat dibandingkan pemberi nasihat, padahal bisa jadi dia tulus ingin membantu Anda.
Jika Nasihat Tidak Sempurna
Ada Yang Salah
Bisa jadi Anda menerima nasihat yang salah. Itu bisa saja, yang namanya orang tidak luput dari kesalahan. Atau bisa jadi nasihat itu salah bagi Anda saja karena kondisi dan situasi Anda berbeda. Namun lihatlah niat dibaliknya. Dia memberikan nasihat kepada Anda karena peduli. Mungkin salah karena dia tidak tahu kondisi Anda yang sebenarnya. Anda tidak perlu membantahnya, apalagi sambil marah atau menyerang dengan kata-kata yang tidak baik.
Tetaplah menerima nasihat itu. Tetaplah berterima kasih meski terlihat tidak berguna bagi Anda. Bahkan, jika sebuah nasihat seolah akan menjerumuskan Anda, tetaplah berterima kasih. Jika perlu, berikan penjelasan dengan cara yang baik bahwa nasihat tersebut tidak cocok dengan Anda. Jika salah, jelaskan dengan cara yang baik pula. Jangan sampai cinta dan kepedulian orang malah kita balas dengan sesuatu yang tidak mengenakan.
Nasihat Yang Tidak Lengkap
Pastinya, Anda akan menerima nasihat yang tidak lengkap. Tentu saja, karena tidak mungkin semuanya dibahas dalam satu pembicaraan. Anda akan selalu bisa melihat ada kekurangan dalam nasihat. Jika Anda meneirma nasihat tentang menuntut ilmu, mungkin Anda melihat ada yang kurang. Bisa jadi Anda mengatakan:
“Percuma menuntut ilmu, jika tidak diamalkan.”
Apa yang Anda katakan itu benar. Dimana masalahnya?
Pertama, Anda mengalihkan fokus. Mungkin pemberi nasihat itu sedang fokus tentang menuntut ilmu. Sama sekali tidak ada perkataan yang melarang amal atau tidak perlu diamalkan. Dia hanya sedang membahas ilmu. Saat Anda mengatakan hal itu, sebenarnya itu muncul dari ego, ingin menunjukan diri lebih tahu.
Kalau pun, nasihat itu dilanjutkan. Misalnya Anda harus beramal, maka Anda bisa menjawab lagi:
“Percuma beramal jika tidak ikhlas.”
Sekali lagi, isi dari perkataan itu tidak salah. Yang salah adalah sikapnya dalam menerima nasihat. Nasihat itu tidak pernah lengkap. Tidak mungkin bisa membahas seluruh Al Quran hanya dalam satu buku, satu artikel, apalagi satu status di halaman facebook.
Jika Anda hanya melihat apa yang kurang, maka Anda hanya fokus pada kekurangan itu. Sementara fokus Anda dalam menerima akan hilang.
Kedua, jika Anda terus melihat kekurangan dan menunjukan kekurangan tersebut, itu artinya Anda hanya mementingkan ego Anda. Nasihat tidak akan berarti sama sekali jika Anda fokus mengurus ego Anda, jika Anda ingin dilihat lebih tahu, lebih bijak, dan lebih pintar.
Orang sedang membahas masalah amal bukan berarti tidak tahu tentang ikhlas, hanya saja dia sedang fokus membahas amal, saat itu. Mungkin waktu yang lain, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, dia sudah atau akan membahas tentang ikhlas. Mungkin karena kondisi Anda saat ini memang kurang amal. Meski Anda tahu, amal itu harus ikhlas, tetapi jika amalnya tidak ada?
Emangnya Gue Nggak Tau?
Satu lagi kasus, kadang ada orang yang sok pintar, dia menasihati Anda karena dengan maksud merendahkan Anda atau menganggap Anda tidak tahu. Bisa jadi dia memberi nasihat kepada semua orang karena dia ingin dianggap hebat. Mungkin ada. Yang perlu kita perhatikan adalah
• Tidak semua orang yang menasihati Anda bermaksud merendahkan Anda. Jadi jangan selalu memunculkan ego atau melawan saat ada seseorang yang menasihati Anda, karena bisa jadi dia orangnya tulus. Meski isinya Anda sudah tahu, tetaplah berbaik sangka dan berterima kasih.
• Jika isinya baik, kenapa tidak? Mungkin, sekali lagi mungkin, seseorang bermaksud merendahkan Anda, namun jika isinya itu baik, terima saja. Kita tidak akan pernah menjadi rendah karena menerima nasihat yang baik. Fokuslah pada diri Anda.
Pada zaman sekarang, zamannya informasi, Anda akan mudah menerima nasihat. Bisa melalui media, website, facebook, twitter, dan SMS. Banyak sekali caranya. Jika kita menyikapinya dengan baik, maka nasihat-nasihat yang datang akan mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih baik.
sunber notivasi islami