Tuesday, December 6, 2011

KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QUR’AN

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 35:29-30)
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Riwayat Al-Bukhari)
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Sesunggunya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim)
“Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (Riwayat At-Tirmidzi)
Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman:
“Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebiak-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (Riwayat Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (Riwayat Tirmidzi)
“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Imam An-Nawawi
dkmfahutan.wordpress

Monday, December 5, 2011

budidaya kroto / semut rangrang merupakan ladang emas

Siapa yang tak
kenal binatang yang satu ini? Hampir
semua orang pencinta burung ocehan atau
berkicau, atau penggemar hoby
burung.
Kroto adalah telur yang dihasilkan oleh
semut rangrang. Kroto merupakan salah
satu sumber protein hewani terbaik dan
bagus untuk pakan burung terutama
burung ocean atau berkicau. Dengan
semakin banyaknya pencinta burung ocean
maka semakin besar pula pemintaan
produk yang satu ini.

Kata emas pada judul di atas mungkin
sepadan dengan bentuk warna tubuh dari
hewan ini. Semut rangrang memang
tergolong semut api (fire ants) dengan
genus Oecophylla, famili Formicidae dan
ordo Hymenoptera. Tapi jangan salah,
semut ini ternyata memiliki kelebihan
tersendiri. Selain sebagai penghasil kroto,
bagi para petani semut rangrang cukup
berguna sebagai pembasmi dan pengendali
hama tanaman. Semut rangrang dapat
membunuh hama tanaman yang
menyebabkan tanaman para petani itu
tidak tumbuh dengan baik.
Peluang usaha
Selama ini pasokan pasar burung atau toko
yang menjual pakan burung hanya
menggantungkan dari pengumpul kroto
yang berasal dari tangkapan alam. Kita
tahu alam tidak setiap saat menyediakan
kroto apalagi saat musim penghujan. Hal
lain yang mendorong kegiatan budidaya
adalah usaha ini tidak banyak
membutuhkan modal dan juga tingkat
teknologi yang tinggi. Semua orang bisa
mengusahakan kegiatan budidaya ini baik
untuk tujuan komersial atau hanya untuk
mencukupi kebutuhan kita sendiri. Kami
yakin, kalau kegiatan ini dikelola dengan
manajemen yang baik tidak mustahil akan
menjadi peluang usaha yang cukup
menjanjikan.
Kehidupan semut rangrang memang
identik dengan kehidupan masyarakat
perdesaan. Bagi sebagian orang, kroto dari
semut rangrang merupakan sumber
penghasilan baru dan dianggap sebagai
salah satu cara bagi masyarakat miskin
untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Sebuah penghasilan yang bisa diperoleh
secara cuma-cuma dan tanpa mengganggu
waktu dan kegiatan bertani mereka.
Dengan cara yang praktis dan mudah saja
mereka bisa mendapatkan kroto semut
rangrang tersebut. Nah, bagaimana kalau
diusahakan secara professional?
Lokasi atau habitat
Mungkin agak sedikit aneh bin ajaib bahwa
jenis semut ini adalah semut yang
menyukai udara yang bersih dan sangat
anti dengan udara berpolusi. Makanya
kegiatan ini jarang dijumpai di daerah
perkotaan karena kita ketahui bersama
bagaimana keadaan udara di daerah
perkotaan. Habitat yang cocok untuk
membudidayakan semut ini antara lain
daerah perkebunan atau perhutani. Semut-
semut ini bisa menyerbu hampir semua
jenis pohon, tetapi lebih menyukai pohon
buah-buahan dan mempunyai ukuran daun
yang agak lebar seperti nangka, mahoni
atau mangga. Pohon lain yang banyak
disukai adalah randu, mente (jambu
monyet), jambu air, duwet atau juwet, dan
lainnya.
Alam Indoensia sebenarnya masih sangat
potensial untuk dimanfaatkan budidaya
semut rangrang. Daerah perdesaan dengan
beranekaragam tanamannya, areal
perkebunanan, kawasan perhutani adalah
lokasi yang sangat potensial untuk
budidaya semut rangrang. Tidak perlu
membeli perkebunan, cukup dengan
menyewa lahan tersebut. Tapi memang
ada satu kelemahan yaitu lambat laun
orang yang menyewakan lahan tersebut
akan mengetahui peluang bisnis ini dan
akan mengambil alih kegiatan ini. Jika
demikian yang ditakutkan maka memiliki
pohon sendiri adalah lebih baik untuk
usaha jangka panjang.
Manfaat membudidayakan semut rangrang
Banyak manfaat yang akan kita peroleh
apabila kita memelihara semut rangrang, di
antaranya :
1. Sebagai pengendali hama tanaman
tertentu, sehingga anda tidak perlu
membeli insektisida untuk membasmi kutu
daun.
2. Digunakan sebagian para pemancing dan
nelayan sebagai umpan ikan
3. Sebagai makanan tambahan untuk
meningkatkan ketrampilan burung
berkicau
4. Membantu penyerbukan jenis tanaman
tertentu
5. Dapat membantu menjaga kebun
Pemasaran
Menjual kroto tidaklah sesulit yang kita
bayangkan. Cukup datang ke kios penjual
pakan burung kami yakin kroto anda akan
terbeli. Karena sampai saat ini jumlah
permintaan produk yang satu ini masih
tinggi dan keberadaannya belum bisa
digantikan oleh produk lain. Di samping itu
juga para konsumen produk ini tergolong
kelas menengah ke atas sehingga
keberadaannya akan diburu berapapun
harga yang di tawarkan.
Menjual kroto yang larva nya masih hidup
lebih tinggi daripada kroto yang sudah
dikeringkan. Akan tetapi larva kroto hidup
hanya bisa disimpan hidup selama dua-tiga
hari, ada juga yang menjual kroto yang
dikeringkan oleh para pengumpul. Kroto
kering ini bisa disimpan selama enam
bulan, tetapi harga jualnya hanya setengah
harga larva hidup. Jalur pemasaran
biasanya para pengumpul kroto menjual
krotonya ke pedagang, kemudain dari
pedagang kroto ini akan dijual lagi ke
pengecer kecil. Nah kalau mau untung
besar maka jalur ini bisa kita perpendek
dengan menjual kroto kita langsung ke
pengecer. Keuntungannya adalah kroto
cepat terdistribusi dan harganyapun lebih
mahal.
Sumber : http://www.sentralternak.com
cara mengembang biakan kroto sekarang ini bisa kita kembangkan secara tradisional seperti kita memindahkan induk dari pohon yang satu kepohon yang lainnya.selain itu kita bisa mengembangkannya secara intensif seperti pengalaman waktu saya kecil.

cibuluh.blogspot

Friday, September 9, 2011

Awal dari Cinta

Awal dari Cinta
Kafil Yamin
Wartawan free-lace
a
Bung Beni Panjaitan, maaf judul lagu Bung saya pake untuk artikel ini.
SESEORANG akan bersikap baik dan hormat secara tulus kepada sesuatu bila ia mencintai sesuatu itu. Tak ada perilaku dan sikap baik yang timbul dari rasa tidak suka.
Tentu, orang bisa bersikap baik dan hormat tanpa mencintai. Tapi yang demikian itu bukan perilaku sebenarnya. Engkau bisa memberi tanpa cinta, tapi engkau tak bisa mencintai tanpa memberi.
Pribadi-pribadi bersinar dalam sejarah Indonesia pun adalah para pecinta bangsanya. Cinta kepada bangsa lah yang mendorong mereka bersikap sebagai manusia sejati dan berperilaku mulia.
“Tuhan memberiku satu hidup,” kata Soekarno suatu waktu di hadapan staff kedutaan Indonesia di Washington. “Dan hidup yang satu itu, seratus persen, kupersembahkan untuk pembangunan negara dan bangsa.”
“Dan andaikata,” katanya lagi, “Tuhan memberiku dua hidup. Dua-duanya akan kupersembahkan untuk pembangunan negara dan bangsa Indonesia.”
Itulah ungkapan cinta si bung.
Karena itu, tanpa cinta, adalah jauh panggang dari api bila hendak membangun dan mengembangkan perilaku dan akhlak mulia terhadap alam dan lingkungan. Orang harus mencintai lingkungan alam dan masyarakatnya, baru dia bisa menumbuhkan perilaku baik dan hormat terhadapnya.
Jalan pikiran sederhana ini bisa dipakai mengukur: bila sebuah masyarakat atau bangsa bersikap dan berperilaku buruk terhadap alam sekelilingnya, bisa dipastikan mereka tidak mencintai lingkungan alam dan sosialnya itu. Lalu, apa yang bisa diharapkan dari manusia, sebagai pribadi atau masyarakat, yang hampa cinta? Karena yang akan muncul adalah pikiran dan sikap negatif.
Karena itu, tanpa rasa cinta kepada alam sekeliling, kepada tanah air, kepada sesama bangsa, tak mungkin timbul perilaku baik. Bahkan akhlak Islam pun tak akan tumbuh, meski ajaran Islam difahami dan aspek ubudiyahnya diamalkan tiap hari. Bukankah banyak contoh perkara orang taat beragama tapi memelihara kebencian kepada sesama?
Tapi, bagaimanakah cinta bisa tumbuh? Jawabannya: dengan pengetahuan, ilmu dan pengalaman.
Semua manusia terlahir membawa ‘modal’ cinta. Modal ini tak lebih dari benih. Bila tidak disemai dan dipelihara, ia tak akan tumbuh dan merekah. Banyak dari kita tak punya waktu cukup untuk menyemai, menumbuhkan dan memelihara cinta, yakni dengan ilmu pengetahuan dan penghayatan terhadap tadi, akibatnya cintanya tidak berkembang, bahkan defisit.
Defisit? Ya. Cintanya tetap terbatas: pada lingkungan keluarga; pada kekasih; pada rumah dan mobil; pada uang.
Dan cinta yang defisit, kalau digunakan penuh, biasanya menyebabkan minus cinta pada hal-hal lain. Minus cinta adalah sikap negatif – kebencian atau ketakpedulian. Manusia dengan cinta yang defisit mencintai anak-istrinya, rumahnya, mobilnya, tapi tak peduli terhadap tetangga di sebelahnya; terhadap lingkungan sekelilingnya, sebab cintanya sudah habis hanya untuk keluarga dan kekayaannya.
Para koruptor adalah contoh manusia dengan cinta defisit. Cinta kepada kekayaan dan keluarga menyebabkan tak ada sisa cinta kepada sesama manusia di luar keluarga dan hartanya itu. Kaum politisi mentah adalah juga contoh manusia defisit cinta: cinta kepada partai menyebabkannya benci kepada pihak lain atau pesaing politik mereka.
Kehidupan agama, bila tidak dibarengi pemupukan cinta, bisa menjadi wakil cinta defisit itu. Orang mencintai organisasi dan madzhabnya begitu rupa dan menganggap faham lain sebagai hal yang perlu dimusnahkan dari muka bumi.
Tanpa pengembangan ilmu pengetahuan dalam beragama, agama malah akan jadi sekat-sekat bahkan benih konflik sosial, karena menarik cinta hanya kedalam. Bahkan Tuhan pun hanya miliknya. Padahal, Tuhan lah sumber cinta bagi segala makhluk.
Hanya ada dua kemungkinan bagi agama bila tidak dibarengi dengan pengembangan ilmu pengetahuan, yakni menjadi sumber perseteruan atau ditinggalkan sama sekali.
Ada faham keagamaan yang menganjurkan mengabaikan, menghina, bahkan membenci dunia. Tentu, yang disebut ‘lingkungan’ adalah alam dunia dan masyarakat sekeliling. Karena itu, faham seperti ini tak mungkin menumbuhkan akhlak yang mulia terhadap lingkungan. Tidak mungkin melahirkan ‘akhlak al-bi’ah’ atau ‘adab al-bi’ah’.
Terlepas dari faham seperti itu, yang disokong dengan hadits-hadits yang susah ditelusuri keabsahannya, al-Qur’an dengan tegas dan jelas mengamanatkan cinta kepada alam. Bahwa makhluk-makhluk lain, binatang melata dan serangga sekalipun, adalah ‘ummah seperti kamu’.
Pesan-pesan seperti ‘janganlah berbuat kerusakan di muka bumi’, ‘lihatlah bagaimana Allah menurunkan hujan dari langit, dan dengan itu menghidupkan bumi setelah matinya’ …seperti tertutupi oleh hadits-hadits, syair atau pepatah kaum pecundang yang tak bisa bersaing dan fastabiqul khairat, dan akhirnya memilih sikap negatif: merendahkan dan membenci dunia.
Cinta tumbuh dengan pengenalan dan pengetahuan. Orang yang pengenalan dan pengetahuannya luas cintanya juga luas. Orang yang tak punya pengetahuan dan pengenalan tentang sesuatu tidak akan mencintai sesuatu itu.
Organisasi-organisasi asing dan komunitas internasional lebih peduli kepada kelestarian alam Indonesia daripada orang Indonesia sendiri karena mereka punya pengetahuan lebih tentangnya. Mereka melakukan penelitian, dokumentasi, uji coba, lebih yang dilakukan orang Indonesia sendiri.
Ini pun bisa dijadikan ukuran bahwa kebanyakan orang Indonesia masih kekurangan pengetahuan tentang lingukan alamnya sendiri sehingga kepedulian dan cintanya tidak tumbuh.
Berapa persenkah dari satu penduduk kampung yang mengetahui nilai dan kegunaan sungai yang mengaliri kampungnya? Dan karena itu, berapa persenkah dari mereka yang mengetahui dampak perbuatan mereka membuang sampah kedalamnya? Berapa persenkah dari orang Indonesia yang mengetahui nilai dan kegunaan pohon-pohon di hulu sungai? Dan dampak dari membabat pohon-pohon di sana?
Tahukah mereka dampak jangka pendek dan panjang dari membuang sampah di jalan? Di kali? Di halaman mesjid?
Cinta pun tumbuh dengan pengalaman. Seseorang mengalami atau merasa menerima manfaat, kebaikan, kesenangan, dari sesuatu sehingga timbul cinta kepada sesuatu itu. Kebaikan, kesenangan, manfaat yang ditimbulkan seseorang kepada kita akan menimbulkan cinta dan hormat kita kepadanya — untuk kemudian menumbuhkan sikap dan perilaku.
Tapi orang hanya akan bersikap balik demikian bila perasaannya sehat. Bila ia merasakan manfaat dan kebaikan yang diterimanya. Kesehatan kallbunya yan menyebabkan ia secara naluriah bertimbal balik baik kepada yang memberinya kebaikan dan manfaat.
Sebab, cukup banyak manusia yang mengalami dan menerima kebaikan dari pihak atau orang lain, tapi tak ‘merasakan’ kebaikannya itu. Sehingga timbal balik yang baik tidak timbul darinya. Cinta dan hormat tidak tumbuh.
Keadaan seperti ini bisa disebabkan dua hal: pertama, kalbu orang yang bersangkutan mati. Tidak sensitif. Kedua: saking biasa dan seringnya kebaikan itu dia terima sehingga dia tak merasakan sebagai kebaikan. Kebanyakan manusia besikap yang kedua ini.
Tidak ada rasa syukur, tidak ada rasa tahu diri, memang bisa terjadi kepada orang yang berlimpah anugrah. Karena sikapnya itu, dia tak merasa berlimpah anugrah, malah merasa menderita, bermasalah, dan karena itu bersikap negatif.
Bangsa Indonesia dianugrahi kenikmatan alam yang begitu rupa: kesuburan tanah, kelimpahan air, hari yang selalu dihadiri sinar matahari, pemandangan yang elok, tapi sikap kebanyakan terhadap semua kenikmatan ini malah negatif: sungai dicemari, lahan-lahan subur dirusak, tempat-tempat dan sarana umum dikotori. Bangsa Indonesia, dengan melihatnya secara umum, adalah bangsa yang tidak bersyukur. Bangsa yang tidak tahu diri.
Ini belum menyebut limpahan kekayaan lain di bawah buminya: cadangan berbagai logam mulia, intan permata, minyak, gas, batubara. Di hutan, tak terhitung keankeragaman hayati hidup dan berkembang. Di laut, populasi ikan lebih dari cukup untuk memberi makan 240 juta orang Indonesia ikan segar saban hari sekalipun!
Lantas apa sikap kebanyakan orang Indonesia terhadap semua kelimpahan itu? Hutan dibabat dan dibagi-bagi ke perusahaan perkebunan atau perusahaan penebang. Cadangan logam mulia diberikan kepada penguras harta karun asing. Laut yang kaya kita biarkan dijarah ratusan kapal asing setiap hari.
Dalam hal pengetahuan , kita kurang. Dalam hal perasaan, kita tumpul. Apaboleh buat, cinta kita pun defisit.
Dan pada masyarakat yang hampa cinta, tak bisa diharapkan akan tumbuh perilaku dan akhlak mulia – terhadap apa pun.
Lantas apa fungsi pendidikan di Indonesia selama ini? Pendidikan di Indonesia belum mengajarkan pengetahuan yang benar tentang kekayaan negerinya. Tidak ada informasi dan bahasan mengenai cadangan emas dan tembaga di Papua, Sumbawa, atau Sulawesi Tenggara dalam buku pelajaran di masing-masing tempat itu. Tidak ada pelajaran tentang cadangan alumunium di Samosir, nikel di Sultra, batubara di Kalimatan, biji besi di Sumbar, di kurikulum sekolah masing-masing tempat itu.
Pendidikan Indonesia pun belum menanamkan perasaan menerima dari alam lingkungan akan berbagai kenikmatan. Dan karena itu belum juga bisa menanamkan rasa terima kasih padanya. Pendidikan kita tidak mengembangkan rasa syukur, tapi lebih banyak menghidupkan ambisi.
Bagaimana mungkin? Orang tak punya rasa terima kasih dan hormat kepada bumi yang tiap hari menghidupinya? Memberinya kegirangan dan kenyamanan?
Para murid dan siswa sangat rajin diajari semangat mengejar dan mencapai cita-cita, tapi nyaris tak pernah diajari semangat dan kerelaan untuk memberi.[]
Kunjungi Kafil Yamin:
http://kafilyamin.wordpress.com/
http://kafilyamin.blogspot.com/
http://gerakpena.com/?page_id=10

Thursday, August 25, 2011

Tingkatan-tingkatan Motivasi Menikahi Perempuan

Ayat Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 3 yang berbunyi: “… fankihû mâ thâbalakum minannisâ-i matsnâ wa tsulasâ wa rubâ’a …” umumnya diartikan sebagai perintah untuk menikah yang dibolehkan lebih satu, yaitu dua, tiga atau empat seperti jelas terbaca dari bunyi teksnya. Dalam kesadaran taubikh, makna ayat itu lebih dalam dari itu. Ayat ini sebenarnya juga menjelaskan tentang tingkat-tingkat motivasi pernikahan. Seperti dijelaskan dalam uraian berikut ini, ada lima tingkat motivasi pernikahan sebagai tafsir taubikh dari bunyi ayat tersebut.
_________________________
1. Motivasi Tingkat Uhada
Pertama, motivasi pernikahan tingkat uhada. Di tingkat uhada (pertama) seorang lelaki menikahi perempuan karena motivasi seks dan biologis semata. Di tingkat motivasi ini, ia tak ada bedanya dengan binatang. Ini adalah dorongan yang paling rendah dalam menikah. Dorongan kebutuhan seks umumnya adalah yang paling banyak mendorong laki-laki menikah dan menikah lagi. Tujuan nikah bukan hanya untuk seks, yang lebih penting adalah untuk beribadah kepada Allah dan menjaga diri, membangun rumah tangga, menciptakan ketenangan jiwa, menjaga normalitas hidup, membuat keturunan dan menciptakan ketertiban masyarakat. Bila motivasi dan tujuan yang dominan dalam pernikahan hanya seks, kualitasnya paling rendah sama dengan binatang.
Orang seperti ini akan mengabaikan aspek-aspek lain yang sangat penting dalam pernikahan seperti unsur agama, amanat, pendidikan keluarga dll. Nabi sendiri dalam sebuah haditsnya menganjurkan agar menikahi perempuan lebih mempertimbangkan agamanya: “Tunkahul mar’atu li-arbain: limâliha, lihasâbiha, lijamâliha, walidîniha, fadhfur bidzâtiddini taribat yadâka” (Wanita dinikahi disebabkan empat hal: karena kekayaannya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena ketaatan agamanya. Nikahilah wanita karena ketaatan agamanya, niscaya kamu akan bahagia). Bila, motivasi menikah hanya seks, maka pertimbangan dalam memilih perempuan pasti dominan soal fisik dimana ukurannya hanya cantik dan seksi. Ini adalah pernikahan yang kualitasnya rendah dan akan jauh dari kebahagiaan.
2. Motivasi Tingkat Mutsana
Naik satu tingkat di atasnya adalah kualitas mutsana. Di tingkat kedua ini, seseorang menikahi perempuan karena motivasi ‘kelengkapan hidup.’ Seorang lelaki menikahi perempuan karena tradisi, kebiasaan, karena ingin punya istri, anak dan keluarga. Dia berfikir akan lengkap hidupnya dengan menikah karena akan memiliki istri dan anak. Normallah dia sebagai anggota masyarakat. Jadi, pertimbangan utamanya adalah kelengkapan hidup. Zaman sekarang yang bebas, banyak orang yang bisa memenuhi kebutuhan biologisnya tanpa menikah seperti berzina dengan pacarnya atau pasangan hidupnya yang tidak halal (seks bebas alias kumpul kebo). Dalam fikirannya untuk apa repot-repot menikah? Bagi orang seperti ini, nikah tidaklah sakral, hanya sekadar formalitas bahkan dianggapnya akan membatasi kebebasan hidupnya. Karena merasa sudah kenyang dan gampang memenuhi kebutuhan seks, akhirnya, pertimbangan nikah menjadi formalitas saja. Ia hanya butuh pelengkap hidup saja.
Motivasi “pelengkap hidup” banyak terjadi pada laki-laki atau perempuan yang lebih mementingkan pekerjaannya, karirnya atau posisinya daripada bercita-cita membangun keluarga yang bahagia. Waktunya habis dipakai untuk mengejar-ngejar karir dan uang. Banyak orang, dari keasyikannya bekerja, meniti karir dan mencari uang, kewajiban nikah pun terabaikan, tidak ada waktu memikirkan pasangan. Tanpa terasa, akhirnya usia sudah lewat dan setelah butuh ternyata mau nikah pun tidak gampang. Jodoh tak kunjung tiba. Akhirnya, bagi orang seperti ini, banyak yang menikah dengan motivasi sebagai ‘pelengkap’ saja. Ia siap nikah yang penting statusnya punya suami atau punya istri, karena malu sendirian terus. Banyak juga yang siap menjadi istri simpanan. Kalau sudah begini, niat nikahnya sudah tidak benar, rumah tangganya akan banyak masalah dan kebahagiaan hidup tidak akan didapatkan. Dengan motivasi sebagai ’pelengkap hidup,’ unsur-unsur lain yang lebih penting tidak akan terpikirkan atau tidak dipertimbangkan. Tidak akan membayangkan bagaimana memiliki keluarga bahagia, mendidik istri dan anak-anak yang baik dan benar, bagaimana keluarga akan dibangun dst.
3. Motivasi Tingkat Tsulatsa
Tingkat tsulatsa (ketiga) adalah tingkat motivasi dimana seseorang menikahi perempuan karena tujuan ‘kemuliaan hidup.’ Dia berfikir, hidup dengan menikah akan lebih mulia daripada hidup sendirian, melajang atau tidak menikah. Dibandingkan dengan membujang, hidupnya dibayangkan akan terpandang dan terhormat di masyarakat bila memiliki istri. Merasa akan lebih mulia di hadapan orang lain dan masyarakat dengan memiliki status sebagai suami dan kepala rumah tangga. Dengan menikah orientasi hidup menjadi jelas dan terarah. Disini menikah adalah sebuah pilihan rasional. Dia menimbang-nimbang bisa saja hidup sendirian, persoalan kebutuhan biologis mungkin bisa diatur, mungkin mudah mendapatkannya, tapi dia berfikir, menikah dan punya istri tetap lebih baik, lebih mulia sebagai manusia. Menikahlah ia atas pertimbangan pilihan rasional semata yang tak dihubungkannya dengan ibadah dan perintah agama.
4. Motivasi Tingkat Ruba’a
Tingkat ruba’a atau keempat, adalah motivasi menikah karena ketaatan pada agama. Bila di tingkat tsulatsa adalah pilihan rasional dan pertimbangan masyarakat, di tingkat ruba’a pertimbangannya adalah agama, titik. Ketakutan berdosa dan ketaatannya pada ajaran agama mendorongnya untuk ingin cepat menikah tanpa banyak pertimbangan, apalagi sudah ada calon untuk dinikahinya. Karena motivasinya adalah ketaatan agama dan ketakutannya berbuat dosa, maka demi keyakinannya itu, lingkungan dan pandangan masyarakat tidak terlalu dihiraukannya. Misalnya, seorang pemuda berumur 25 tahun jatuh cinta pada seorang perempuan. Tidak ada yang lain difikirannya kecuali ketakutan terjebak dalam dosa lalu ia melamar perempuan itu untuk dinikahinya padahal ia belum punya apa-apa. Ia ingin menikah tanpa memikirkan dan menghitung ini-itu, kerja atau tidak, bisa makan atau tidak. Yang penting selamat dari dosa, titik. Pemuda seperti ini, dalam sebuah hadits disebutkan sebagai golongan yang wajib mendapat pertolongan Allah: “Tsalátsatun haqqa ‘alalláhi ‘awnuhum: Al-Mujáhidu fí sabililláh, wal mukátibu alladzi yurídul adá-a, wannákihu alladzi yurídul ‘afáf” (Tiga golongan yang berhak mendapat pertolongan Allah: pejuang di jalan Allah, mukatib (budak yang membeli dirinya dari tuannya) yang mau melunasi utangnya dan orang yang ingin menikah karena ingin menjauhkan diri dari hal yang haram).
Contoh lain, seorang bujangan dari keluarga berada atau ia sukses dan ekonominya maju tapi susah mendapatkan jodoh. Ia menikahi peremuan yang status sosialnya jauh dibawahnya karena pertimbangan agama yaitu keshalehan dan ketaatannya ibadahnya semata, padahal tidak cantik alias biasa-biasa saja. Komentar orang, semua mengatakan “sayang,” “tidak seimbang.” Tapi ia tidak perduli, tidak memikirkan pandangan dan komentar masyarakat, yang penting melaksanakan perintah agama bahwa ia harus segera menikah dan ia sudah menentukan calonnya yang taat agamanya. Atau misalnya, seorang perempuan jatuh cinta berat pada seorang lelaki yang sudah beristri. Ia merasa cocok, sekufu, punya orientasi yang sama, agamanya kuat, bisa membimbing dst. Kemudian, karena kuat saling mencintai dan berpisah tidak sanggup, daripada berdosa dan mendapat murka Allah, dia bersedia dinikahi sebagai istri muda agar tidak berzina. Tak perduli dengan keluarga, teman-teman dan masyarakatnya. Inilah motivasi agama. Ulama yang lurus secara umum berada pada level ini. Kiayi pesantren yang menikahi santrinya sebagai istri pertama atau kedua, banyak pertimbangannya karena agama untuk mengurus pesantrennya. Tidak berfikir yang lain-lain. Karena keshalehannya dan potensial untuk dijadikan istri kiayi, untuk membantunya memperjuangkan agama, mengembangkan pendidikan dan masyarakat, ia menikahinya tanpa pertimbangan yang lain-lain.
5. Motivasi Tingkat Khumasa
Terakhir, yang paling tinggi adalah motivasi menikah sebagai memperjuangkan kebenaran. Di tingkat ini, seseorang menikahi perempuan bukan hanya soal seks, kelengkapan hidup, kemuliaan hidup dan agama melainkan memperjuangkan kebenaran. Keharusannya menikah karena ingin memelihara diri yang dihayatinya sebagai ketaatan pada agama tapi mendapat kendala dan tantangan. Misalnya tidak mendapat persetujuan, padahal keduanya saling mencintai dan siap menikah. Kendala dari keluarga dan tantangan orang-orang ini dia rubah menjadi perjuangan. Karena niatnya mulia membela “kebenaran,” maka tidak ada yang ditakutkan di dunia ini kecuali Allah SWT. Karena membela kebenaran, keyakinannya menjadi bulat dan tidak ada keraguan sedikitpun walaupun resikonya besar, misalnya kehilangan pekerjaan, dijauhi keluarga atau kehilangan nyawa sekalipun. Menikah yang pertama atau poligami juga sama. Motivasinya khumasa bermaksud untuk menyelamatkan dirinya dari pelanggaran agama dan murka Allah SWT. Karena hal ini diyakininya benar dan dirasakannya sebagai kebenaran, maka menikah baginya adalah memperjuangkan kebenaran. Maka siapapun dihadapinya tanpa rasa takut. Apapun akibatnya tidak perduli dan siap menghadapinya. Inilah tingkat tertinggi dalam motivasi pernikahan. Bila berhasil apalagi kemudian mampu membuktikan kepada keluarga dan lingkungannya bahwa ia benar, pernikahan seperti ini akan mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan yang besar.[]
Sumber : Moeflich Hasbullah dan Endang Somalia

Monday, August 22, 2011

Renungan Bagus: Penyesalan Seorang Perempuan Setelah Menikah Mengingat Pacarannya Dulu

“Betapa hinanya kurasakan saat aku menikah, aku ingat bahwa beberapa orang laki-laki sebagai pacarku dulu pernah “menyentuhku.” Hina menyadari diri bahwa saat menikah yang merupakan mahligai dambaan jutaan perempuan, diriku sudah tidak bersih dan suci lagi. Kebayang betapa malu dan hancurnya perasaanku dan aku merasa tidak berharga lagi. Saat itu kurasakan sebagai cintaku kepada pacarku, tapi ternyata bukan. Itu hanyalah kemurahanku yang telah membuat diriku kotor dan hina.
Kebodohanku adalah dulu pacaranku seperti akan jadi, pacarku kubayangkan seperti akan jadi suamiku. Ternyata tidak. Setelah puas, rata-rata laki-laki melihat perempuan yang telah dinikmatinya sebagai perempuan murahan. Sebagai perempuan murahan tidak mungkin akan menjadi istri yang baik. Jadilah perempuan seperti aku ini menjadi barang sisa alias barang bekas. Pacaran telah mengotori diriku. Aku sadar, betapa bodoh dan murahnya aku. Suamiku yang kini menikahiku, memilikiku bukan sebagai perempuan yang terhormat tetapi perempuan yang pernah disentuh dan terkotori oleh noda dan dosa karena jebakan syahwat dalam diriku.
Perasaan ini terus terbawa hingga aku menikah. Setelah punya anak perempuan, aku sadar betapa susahnya untuk mencegah putriku berpacaran dengan laki-laki pacarnya karena kekotoran diriku. Bila aku dulu bersih dan bisa menjaga diri, aku pasti memiliki kekuatan untuk mendidik putriku juga agar bisa mempertahankan prinsip dan pendiriannya, agar tak memurah-murahkan cinta dan tubuhnya pada pacarnya. Tapi, segalanya sudah terjadi. Kebanggaanku bahwa aku perempuan yang terhormat tidak ada dan tidak bisa kutunjukkan pada suamiku, juga kepada anak perempuanku.
Aku yakin, ini terjadi pada banyak perempuan yang menjalani pacaran. Aku sadar, bahwa keadaan anak perempuanku sekarang merupakan rangkaian tak terpisahkan dari akhlak dan sejarahku. Dan yang pedih lagi, ternyata suamiku pun bukan laki-laki yang baik. Dia pun dulu banyak pacaran dan sudah merasakan beberapa kali menikmati cintanya dengan perempuan. Aaakh … akhirnya yang kotor berjodoh dengan yang kotor. Ini memang sudah hukum Allah, yang shaleh dengan yang shaleh lagi, yang bersih dengan yg bersih lagi, yang kotor dengan yang kotor lagi. Aku yakin, ketentuan Allah ini berlaku pada setiap orang. Penyesalan tak pernah di awal.
Wahai … perempuan. Demi kehormatanmu dan kebahagiaanmu kelak, silahkan mencintai tapi hindarilah pacaran. Pacaran adalah langkah awal menuju zina dan kehancuran diri. Apalagi memurah-murahkan dirimu pada pacarmu, jadilah perempuan terhormat, sebelum engkau menyesal kelak. Bagi perempuan murah jangankan di akhirat, di dunia pun akan merasakan penyesalan yang amat besar seperti yang kini kualami.”
(Dewi, di Jakarta) dalam Moeflih Inspirasi

Friday, August 19, 2011

VIDEO : POTRET BURAM DEMOKRASI

Agama Sikap Mental

Oleh Moeflich Hasbullah
Opini Tribun Jabar, 7 April 2011
a
Dalam kehidupan manusia, tidak ada agama murni, yang ada adalah agama sifat. Dalam fikiran manusia, tidak ada Islam, Kristen, Hindu, Budha yang asli, yang ada adalah agama yang sudah mengalami penyifatan: Islam tradisional, Islam modern, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha Mahayana, Hindu Bali dan seterusnya. Ortodoksi menjadi sifat ketika sekelompok orang mengklaim dirinya Islam Al-Qur’an dan Sunah. Demikian juga dengan Islam penjaga warisan ulama. Organisasi dan madzhab menjadi sifat ketika sudah menjadi identitas dan simbol-simbol kelompok. Ketika agama ditempeli sifat-sifat, saat itu agama menjadi distorsi karena berubah menjadi ekspresi kelompok.
Dalam realitas, penyifatan adalah alami dan tak bisa dihindari. Mengatakan hanya “saya Islam” atau “saya Kristen” itu masih di langit. Saat kita menyebutkan aktifitas, komunitas dan lingkungan organisasi, saat itulah agama sifat kita tunjukkan. “Katakan teman-teman Anda, akan saya tunjukkan siapa Anda!” kata pepatah Assyria. Labeling tidak selalu akurat tapi memberikan informasi tentang afiliasi. Aktifitas dan simbol—simbol perilaku seseorang menunjukkan afiliasinya pada sesuatu.
Pengurus PMII pasti orang NU, anggota Muhammadiyah tidak melakukan istighasah, aktifis FPI adalah radikal, menolak syari’at Islam adalah Islam liberal, pengamal wirid adalah kelompok tarekat. Ketika kita berkubang dalam realitas sosial, kita akan ditempeli identitas-identitas sosial, yang terbentuk atau dibentuk orang, sadar atau tidak sadar. Labeling ditunjukkan saat kita menyebutkan aktifitas dan komunitas. Komunitas tidak selalu formal dan organisasional.
Agama sifat adalah sebuah pesan tentang keharaman absolutisme. Tidak ada yang berhak mengaku paling benar selama kita berada dalam agama sifat dan tidak akan sampai pada kebenaran sejati selama kita berkelompok. Fitrah berkelompok adalah membela kelompok itu melebihi esensi dan tujuan kelompok itu sendiri. Orang yang sudah terjebak dalam faham organisasi dan madzhabnya cenderung sulit melihat kebenaran yang dibawa oleh kelompok lain.
Semua sifat dan kelompok agama memiliki karakter yang sama. Sebagai sifat adalah tafsir, sebagai tafsir adalah distorsi, sebagai kelompok semuanya subsistem, sebagai gerakan semuanya menyuarakan kepentingan, sebagai perbedaan adalah konfigurasi, sebagai budaya adalah khazanah. Agama sifat memiliki wilayah dan peran habitatnya masing-masing yang menjadi karakternya: sebagian berkiprah di medan wacana, sebagian terjun dalam gerakan, sebagian lain advokator simbol-simbol.
Seperti ditunjukkan dalam komunitas Muslim, interaksi semua Islam sifat ini bersebrangan satu sama lain: Islam radikal berhadapan dengan Islam moderat, Islam tekstual dengan Islam liberal, Islam tradisional berhadapan dengan Islam modern. Semuanya memainkan peran yang sama: membentuk sub, memerankan bagian, memainkan karakter kelompok dan menghadirkan distorsi.
Sifat-sifat sebagai kelompok agama tidak mungkin didamaikan dan dipersatukan kecuali melakukan salah satu dari dua ini: melepaskan sifat yang alami atau melakukan semua sifat sebagai sebuah kesempurnaan. Tetapi, keduanya tidak mungkin. Dalam sejarah, yang pernah memerankan pemersatu hanya dua: nabi atau negara. Kini, nabi tidak ada lagi dan negara tidak berkepentingan dengan persatuan faham-faham agama. Sebagai institusi sekuler, tugas negara adalah menegakkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi semua warganya. Bila dari kalangan umat tidak mungkin karena unsur subyektifitas dan vested-interest, nabi tidak akan ada lagi dan negara tidak perlu diharapkan masuk ke dalam urusan intern agama, lalu siapakah yang bisa menyatukan kelompok atau mendamaikan sifat-sifat dari agama? Tidak ada dan tidak perlu. Ide persatuan sebagaimana diidealkan oleh semua penganut agama tidak pernah terwujud dalam sejarah. Yang ada bukanlah persatuan faham-faham agama, melainkan masa-masa dominasi, kejayaan atau kemunduran agama. Persatuan persepsi, meminjam ungkapan Ben Anderson, hanyalah sebuah “imagined community.” Kecuali zaman Nabi, persatuan kelompok-kelompok intern agama tidak pernah tercipta karena bertentangan dengan hukum alam dan relativitas persepsional. Beragama yang benar bukanlah berusaha menyatukan kelompok-kelompok dan mendamaian aliran-aliran, melainkan menjadi yang terbaik dalam konfigurasi perbedaan. “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” Kata Al-Qur’an (5:48).
Yang terbaik bukanlah kelompok, organisasi, madzhab, tafsir atau pemikiran sebuah agama, melainkan sikap mental penerimaan atas perbedaan dan penghargaan pada kelompok lain, kesadaran atas keragaman dan penghindaran atas klaim kebenaran sendiri, sikap mental saling merelatifkan pikiran bahwa seyakin apapun pemahaman kebenaran hanyalah sebuah tafsir dan kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan. Beragama adalah sikap saling menghargai dengan tulus bahwa apa yang dilakukan kelompok lain ada konteksnya tersendiri, ada hidden truth yang tidak harus selalu berhasil dirasionalisasi. Seorang Kristiani yang baik belum tentu yang rajin ke gereja sebagaimana Muslim yang rajin ke masjid belum tentu seorang yang takwa. Rumah ibadah hanyalah simbol-simbol formalitas beragama. Kristen yang benar bukan Katolik atau Protestan sebagaimana Islam yang benar bukanlah NU, Muhammadiyah atau FPI. Beragama yang benar seperti kata Cak Nur adalah “sikap pasrah pada kebenaran itu sendiri” (hanif). Beragama yang benar adalah kesadaran untuk terus menerus mencari hakikat kebenaran seperti ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS.
Kebenaran bukanlah identitas dan lingkungan simbolik, melainkan sikap mental dan kesadaran untuk terus menerus mencari kebenaran puncak. Kelompok Islam yang benar bukanlah Syi’i atau Sunni, bukan Muhammadiyah atau NU, bukan Islam liberal atau radikal, melainkan mereka yang berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairât), saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran (tawâshaubil haq wa tawâshaubil shabr). Bila ini dihayati, akan sampai pada penemuan bahwa keyakinan beragama yang benar bukanlah “the truth is out there,” melainkan “the truth is inside here!” yaitu dalam kelapangan dada dan kebesaran jiwa pemeluk-pemeluknya. Wallahu a’lam!![]

Thursday, July 21, 2011

Motivasi Sabar Dari Hadits

Berikut kami pilihkan kata-kata motivasi sabar yang kami ambilkan dari hadits Rasulullah saw. Semoga memberikan manfaat dan memberikan inspirasi bagi kita semua.
Sabar Adalah Ciri Seorang Mukmin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku kagum dengan ketetapan Allah ‘azza wajalla terhadap orang-orang mukmin. Jika dia mendapatkan kebaikan, dia memuji Rabbnya dan bersyukur, jika mendapatkan musibah dia memuji kepada Rabbnya dan bersabar. Orang mukmin akan diberi pahala pada setiap urusannya sampai suapan makanan yang dia angkat kepada mulut istrinya.” (HR Ahmad No 1405)
Sabar Dalam Pergaulan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Seorang mukmin yang berbaur dengan manusia dan bersabar atas celaan mereka adalah lebih besar pahalanya dari pada orang mukmin yang tidak membaur dengan manusia dan tidak sabar atas celaan mereka.” Hajjaj menyebutkan, “Lebih baik dari pada orang mukmin yang tidak membaur dengan mereka.” (HR Ahmad No 4780)
Sabar Dalam Kesusahan
Aku pernah bersama Ibnu Umar. Tiba-tiba mantan budak wanitanya menemuinya, menceritakan kondisinya yang serba susah, serta hasratnya untuk pergi meninggalkan Madinah. Lalu Ibnu Umar menasehatinya: “Duduklah sebentar disini, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Tidaklah salah seorang diantara kalian bersabar atas kesusahan dan kesempitan hidup kecuali pada hari kiamat kelak aku menjadi pemberi syafaat (penolong) baginya.” (HR Ahmad No 5665)
Sabar Terhadap Hal Yang Dibenci
Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan. Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan. (HR Ahmad No 2666)
Sabar Terhadap Musibah
“Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Barang siapa yang Aku hilangkan kedua kekasihnya (kedua matanya) lalu ia bersabar dan berharap pahala (dariKu) maka Aku tidak akan merelakan suatu pahala baginya kecuali syurga.” (HR Ahmad No 7280)
“Tidaklah salah seorang dari kalian ditinggal mati oleh tiga orang anaknya, lalu ia sabar dan mengharap pahala dari Allah, kecuali pasti ia akan masuk ke dalam surga.” Lalu berkatalah seorang wanita dari mereka; “Bagimana jika dua orang saja?” Rasulullah bersabda: “Meskipun dua orang.” (HR Ahmad No 8561)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang mukmin yang tertusuk duri kemudian bersabar dan mengharap pahala dari Allah, kecuali Allah akan hapuskan dosa-dosanya pada hari kiamat.” (HR Ahmad No 8851)
Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah ‘azza wajalla berfirman: ‘Tidak ada balasan yang sesuai disisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku mencabut nyawa orang yang dicintainya di dunia, kemudian rela dan bersabar kecuali surga.” (HR Ahmad No 9024)
Sabar Terhadap Sulitnya Keadaan
“Kota Madinah, bagi yang bersabar atas susah payah dan kerasnya alamnya, maka aku akan menjadi pemberi syafaat, -atau beliau menyebutkan; – akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat.” (HR Ahmad No 9394)
Sabar Bertemu Musuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh, maka jika kalian berjumpa dengan mereka hendaklah kalian bersabar.” (HR Ahmad No 10356)
Berusahalah untuk Sabar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berusaha untuk sabar maka Allah akan menjadikannya sabar, barangsiapa berusaha untuk kaya maka Allah akan mengayakannya, barangsiapa menjaga diri maka Allah akan memelihara dirinya, dan aku tidak mendapati untuk kalian rizki yang lebih lapang dari pada sabar.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sabar itu ada pada saat pertama kali terbentur musibah.” (HR Ahmad No 11868)
Mudah-mudahan, di akhirat nanti mendapatkan ucapan selamat dari para malaikat:
‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (Keselamatan atas kalian oleh karena kesabaran kalian).’
Mari kita berusaha untuk sabar.
Sumber : motivasi-islami

Wednesday, June 29, 2011

Motivasi Belajar

Motivasi belajar sangat penting dalam pengembangan diri, sebab pengembangan diri adalah belajar, belajar adalah pengembangan diri. Jika Anda ingin lebih sukses dibanding pencapaian Anda saat ini, kuncinya ialah jangan pernah berhenti belajar.
Hanya dengan belajarlah Anda akan berkembang dan menjadi lebih baik. Jadi untuk mengukur sejauh mana Anda bisa berkembang ialah dengan mengukur sejauh mana motivasi belajar Anda. Bagaimana meningkatkan motivasi untuk belajar?
Meningkatkan Motivasi Belajar
Mengenali Penghambat Motivasi Belajar
Kita harus mengenal terlebih dahulu, apa saja yang melemahkan motivasi belajar. Seringkali semua ini hanyalah mitos belaka. Suatu keyakinan negatif yang meracuni diri kita sehingga malas belajar atau tidak memiliki motivasi belajar. Berikut adalah beberapa mitos tersebut:
1. “Ah Teori!” Banyak orang yang tidak mau belajar karena mereka tidak suka teori. Menurut mereka teori tidak penting, yang penting adalah praktek. Betul, tidak salah sama sekali. Sehebat apa pun teori yang Anda miliki jika tidak diiringi praktek, maka semuanya akan percuma. Namun saat Anda langsung praktek, maka Anda tetap saja akan belajar, yaitu belajar pada pengalaman Anda sendiri. Anda mungkin akan mencoba-coba mencari yang benar. Belajar kepada pengalaman orang lain yang sudah lebih dulu sukses adalah untuk mengurangi coba-coba Anda, sehingga Anda akan lebih cepat untuk berhasil. Teori saja memang salah. Langsung praktek bisa sering salah. Teori ditambah praktek adalah yang terbaik. Belajarlah.
2. Saya sudah tua, sulit untuk belajar. Tidak ada kata terlalu tua untuk belajar. Kesulitan belajar karena Anda sendiri yang menghentikan belajar sehingga pola pikir kita menjadi berubah, dari pola pikir belajar menjadi pola pikir yang tertutup. Saat kualiah saya melihat banyak dosen yang sudah senior masih tetap membeli buku dan belajar. Mereka sudah tua tetapi masih belajar karena mereka biasa belajar. Jika Anda merasa sulit belajar, biasakanlah belajar meskipun sedikit demi sedikit sampai Anda terbiasa lagi belajar.
3. Tidak ada waktu. Jika Anda sudah membaca ebook saya Seni Mengelola Waktu, maka Anda tidak akan lagi mengatakan bahwa tidak ada waktu. Alasan tidak ada waktu hanya ilusi belaka. Semua orang memiliki waktu, tetapi mengapa orang lain bisa tetapi Anda tidak? Bukan waktu yang menjadi masalah, tetapi pilihan Anda. Apakah Anda mau memprioritaskan belajar atau tidak?
Apa Manfaat Belajar Buat Saya?
Setelah Anda memahami apa saja yang menjadi penghambat motivasi belajar kemudian menyingkirkan semua penghambat tersebut, maka langkah selanjutnya ialah Anda harus membangkitkan energi yang menggerakan Anda untuk belajar. Inilah yang menjadi motivasi belajar Anda.
Tanyakan pada diri Anda: “Apa manfaatnya jika saya belajar?”
Tadi sudah disebutkan diatas, belajar adalah pengembangan diri. Dengan belajar Anda akan menjadi lebih baik. Coba renungkan, apa yang Anda dapatkan jika:
1. Anda bisa melakukan ibadah lebih baik?
2. Anda bisa melakukan pekerjaan (jika Anda seorang karyawan) dengan cara lebih baik dan lebih berkualitas?
3. Anda bisa memasarkan produk atau jasa Anda dengan lebih baik (jika Anda seorang penjual atau pebisnis)?
4. Anda bisa mendidik anak dengan lebih baik?
5. Dan masih banyak yang lainnya.
Jawaban pertanyaan-pertanyaan diatas adalah motivasi belajar Anda.
Apa pun yang Anda lakukan dengan lebih baik akan membawa kebaikan pada diri Anda. Anda hanya bisa melakukan sesuatu dengan cara lebih baik dengan cara belajar. Pengalaman? Tidak, meski Anda memiliki pengalaman puluhan tahun, Anda tidak akan bisa melakukan sesuatu dengan cara lebih baik jika Anda tidak mengambil hikmah (belajar) dari pengalaman sebelumnya. Kuncinya adalah belajar baik dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman atau praktek orang lain dituliskan dan disusun secara sistematis, maka jadilah sebuah teori.
Oleh karena itu, silahkan renungkan apa saja manfaat jika Anda melakukan hal-hal diatas lebih baik. Baik dalam bidang agama, pekerjaan, pendidikan, bisnis, dan apa pun yang Anda lakukan dengan lebih baik, maka semuanya akan kembali kepada Anda. Anda akan menjadi lebih baik.
Belajar Adalah Kunci Keluar Dari Masalah
Satu lagi agar Anda memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah kesadaran bahwa kemauan belajar Anda adalah kunci agar Anda bisa keluar dari masalah.
Saat Anda sedang menghadapi masalah berat, maka Anda harus belajar agar bisa mengatasi masalah berat tersebut. Jika Anda melihat sebuah masalah sangat besar, penyebabnya karena diri Anda begitu kecil. Artinya mental Anda ciut, kemampuan Anda yang minim, wawasan yang sempit, dan keterampilan yang rendah. Artinya Anda harus memperbesar diri Anda sehingga masalah tidak lagi terlihat besar. Caranya adalah dengan belajar. Yup, tidak ada cara lain. Bukan mengeluh, bukan menyalahkan orang lain, dan bukan pula penyalahkan lingkungan.
Saya rasa manfaat kebaikan bagi diri Anda dan juga kemampuan Anda menghadapi semua masalah adalah sudah sangat cukup menjadi motivasi untuk belajar dan tetap belajar. Termasuk, saat motivasi belajar anak Anda kurang, maka Anda harus belajar bagaimana cara memotivasi anak.
Tetaplah memiliki motivasi belajar!
sumber : mi Motivasi ISLAM

Saturday, June 18, 2011

Maukah Anda Memiliki Pikiran Positif?

Pikiran positif sangat penting, sebab semua berawal dari pikiran Anda. Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Mungkin Anda pernah mendengar apa yang disebut dengan kejaiban berpikir positif, yang katanya “jika Anda berpikir bisa, maka Anda akan bisa”. Tentu saja, sebagai seorang Muslim, kita menambahkan insya Allah, sebab kita tidak bisa memastikan secara mutlak.
“Jika Anda berpikir bisa, insya Allah Anda akan bisa.”
Saat Anda mengatakan tidak bisa, hampir bisa dipastikan Anda tidak akan bisa. Sebab Anda tidak akan pernah mengambil tindakan atau bertindak setengah-setengah sehingga tidak akan membawa hasil yang optimal.
Mungkin, Anda memiliki alasan dan pembenaran bahwa Anda memang berpikir tidak bisa. Anda bisa mengatakan bahwa pikiran Anda itu benar, bukan mengada-ngada. Justru disinilah intinya.
Bukankah akan berubah menjadi bisa jika
• alasan tersebut hilang
• Anda memiliki kemampuan untuk mengatasi semua alasan
Jadi, langkah pertama agar Anda berpikir positif adalah Anda yakin bisa mengalahkan atau menyingkirkan semua penghalang Anda.
Manfaat Memiliki Pikiran Positif
Memiliki pikiran positif adalah fondasi sukses. Langkah awal Anda untuk sukses adalah Anda memiliki pikiran positif terlebih dahulu.
Sukses Anda adalah akumulasi dari keberhasilan-keberhasilan Anda. Anda kini sudah banyak mengalami keberhasilan, artinya Anda sudah mencapai sukses pada suatu level. Anda bisa meningkatkan level sukses Anda dengan cara menambah keberhasilan-keberhasilan Anda.
Ada banyak hal yang bisa Anda raih saat ini, namun belum Anda raih. Alasannya mungkin karena Anda berpikir tidak bisa, artinya masih ada pikiran negatif dalam diri Anda. Untuk itulah, Anda harus membuka semua “sumbatan” sehingga Anda melihat banyak hal yang ternyata bisa Anda lakukan. Tidak ada lagi alasan yang bisa menghalangi Anda.
Saat Anda sudah melihat kemungkinan ini, maka Anda akan mulai bertindak dan keberhasilan demi keberhasilan akan Anda raih. Keberhasilan hanya bisa Anda raih jika Anda bertindak. Anda hanya akan bertindak jika Anda memiliki pikiran positif.
Jelas sudah, bahwa memiliki pikiran positif adalah fondasi sukses. Sejauh mana Anda sukses, sejauh itulah pikiran positif yang Anda miliki. Artinya, jika Anda ingin lebih sukses, Anda harus meningkatkan mindset Anda.
Ciri-ciri Memiliki Pikiran Negatif
Ciri-cirinya mudah dilihat saat seseorang yang selalu memiliki hambatan untuk bergerak. Misalnya takut, khawatir, rendah diri, merasa bukan diri sendiri, merasa tidak berhak, menyerah pada nasib, dan berbagai kondisi pikiran yang menjadikan Anda tidak juga mengambil tindakan.
Terapi Pikiran Positif
Langkah Pertama
Mengisi memori Anda dengan pikiran-pikiran positif terlebih dahulu. Kondisi pikiran ditentukan oleh pikiran apa yang dominan, yang ada dalam memori Anda. Untuk itu, langkah pertama adalah memasukan ide-ide, gagasan, konsep, dan inspirasi yang akan membentuk pikiran positif.
Action: Silahkan baca ebook Beautitul Mind yang berisi pokok-pokok pikiran positif yang harus Anda miliki.
Langkah Kedua
Tidak cukup paham dan mengetahui, tetapi pikiran-pikiran positif itu harus mendominasi pikiran Anda. Banyak orang yang sudah tahu, kalau sabar itu baik, tetapi dia tetap tidak sabar. Kenapa? Karena pikiran positif itu belum masuk ke dalam pikiran sadar dan menjadi dominan.
Action: Anda bisa membaca secara berulang ebook Beautiful Mind atau mendengarkan audio Beautiful Mind yang berisi pokok-pokok berpikir positif.
Langkah Ketiga
Aktifkan pikiran-pikiran positif Anda. Anda harus terus menstimuli agar pikiran bawah sadar Anda didominasi oleh pikiran positif. Jika tidak, maka akan tetap bersaing dengan pikiran negatif.
Action: lakukan latihan-latihan menggunakan Audio Active Mind Programming. Perhatian, Anda jangan melakukan latihan ini sambil berkendaraan. Miliki waktu khusus.
Dalam paket Beautitul Mind Power juga disertakan teknik-teknik lain untuk meningkatkan dominasi pikiran positif seperti afirmasi dan visualisasi.
Langkah Keempat
Perkayalah pikiran Anda, perluas wawasan dengan banyak belajar, membaca artikel, audio, buku, ebook, video, dan sebagainya.
Langkah Kelima
Aplikasikan pikiran-pikiran positif pada berbagai aspek kehidupan seperti dijelaskan pada bagian akhir ebook Beautitul Mind Power
Penutup
Aplikasikan kelima langkah ini, insya Allah hidup Anda akan berubah sebab Anda sudah memiliki pikiran positif.
Sumber.motivasi-islami

Sunday, May 29, 2011

Sabar Itu Selalu Baik

Ada yang mengatakan bahwa sabar itu tidak selamanya baik. Mudah-mudahan yang dia maksud adalah “sabar” dalam definisi lain. Sabar yang tidak baik, bukanlah yang diambil dari kata shabar dari Al Quran dan hadits. Sebab, jika yang dimaksud itu sama dengan shabar seperti yang diperintahkan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka itu salah besar. Jika sebuah sikap atau perilaku yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, maka itu pasti benar dan pasti baik.
Sabar Itu Perintah Allah
Silahkan buka Al Quran dan Hadits, banyak ayat dan hadits yang menyuruh kita untuk bersabar. Jadi tidak mungkin sabar itu tidak baik. Jadi, selalu baik dan ini ajaran dari Allah.
Allah Beserta Orang-orang Yang Sabar
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah:153)
Pastinya Allah senang bersama hamba-hamba-Nya yang melakukan kebenaran dan kebaikan. Jadi tidak mungkin jika “ada yang tidak baik”. Jika Anda mengatakan tidak selamanya baik, apakah jika Allah menyertai kita itu tidak baik?
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah suka dan memerintahkan kita untuk bersabar. Tentu saja tidak semuanya bisa ditampilkan disini karena saking banyaknya. Silahkan buka Al Quran dan Anda akan menemukannya dengan mudah. Bahkan, jika mau membuka kitab-kitab hadits, Anda akan menemukan lebih banyak lagi.
Allah Memberikan Balasan Kepada Orang Yang Sabar
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl:96)
Orang Yang Sabar Memiliki Kekuatan Lebih Besar
Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal:65)
Para Nabi Adalah Mereka Yang Bersabar
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (QS Al Anbiyaa’:85)
Jelas sudah, kutipan-kutipan ayat diatas sudah menjelaskan kepada kita, bahwa sabar itu baik dan selalu baik. Ini merupakan bantahan bagi yang mengatakan tidak selalu baik atau ada batasnya. Saya penting mengatakan ini untuk mencegah kesalahan pengertian sehingga seolah ada ajaran Al Quran yang tidak membawa kebaikan. Saya hanya ingin menegaskan bahwa ajaran Al Quran itu benar dan selalu membawa kebaikan.
Dimulai Dengan Pemahaman Yang Benar
Salah satu penyebab mengapa orang mengatakan sesuatu yang salah tentang sabar itu karena pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah akibat kurang seriusnya dalam belajar. Tidak belajar pada sumbernya yang jelas dan valid, hanya mengikuti berbagai perkataan atau omongan sekilas yang bisa saja datang dari sekedar opini atau prasangka.
Dikiranya hanya diam. Dikiranya menyerah. Dikiranya hanya menunggu tanpa upaya. Memang, dalam kondisi tertentu, bisa dalam artian diam. Namun bukan sembarang diam, sebab tidak selamanya diam itu adalah kesabaran. Orang yang diam demi mempertahankan kebenaran, itulah yang disebut dengan kesabaran. Diam membiarkan kemunkaran itu bukan kesabaran. Menunda-nunda pekerjaan, bukanlah yang disebut kesabaran.
Bahkan saat seseorang marah, kemudian mengangkat pedang untuk menegakkan kebenaran, maka itu tidak akan menghilangkan sikap sabar pada diri orang tersebut. Siapa orang yang paling sabar? Tentu Rasulullah saw, tetapi beliau tetap berperang. Bahkan seringkali, dalam Al Quran, kata perjuangan, perang, dan jihad disandingkan dengan kata kesabaran.
Mulailah memahami apa definisinya dari sumber yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan. Silakan Anda baca artikel lain yang menjelaskan tentang sabar dan definisinya, klik Perjuangan dan Kesabaran.
Jadi tetaplah sabar.
sumber : motivasi-Islami

Nasihat Yang Mengubah Hidup

Jika Anda sedang berjalan, kemudian mendapatkan nasihat dari seseorang bahwa ada bahaya dalam perjalanan yang Anda tempuh.
Apa reaksi Anda? Ada banyak reaksi yang bisa terjadi. Semua reaksi ini bisa terjadi spontan, tergantung bagaimana kondisi pikiran Anda.
Anda bisa mengatakan:
1. “Terima kasih telah memberi tahu saya.”
2. “Terima kasih telah mengingatkan.”
3. “Sok tahu! Saya juga tahu.”
4. “Emang siapa loe?”
5. “Bukan hanya bahaya, tapi menanjak juga!”
Anda bisa memilih sikap Anda. Mau yang mana? No 1 atau 2 adalah yang terbaik. Sebab orang itu justru akan menyelamatkan Anda. Nasihat itu tanda cinta, maka sewajarnya jika kita berterima kasih karena mendapatkannya tersebut.
Saya yakin, Anda tidak setuju dengan jawaban no 3 sampai 5. Disini, ego kita yang muncul. Namun, sering kali banyak yang melakukannya tanpa disadari. Mari kita bahas satu persatu.
Jika Anda Sudah Tahu Tentang Nasihat Itu
Bisa jadi, seseorang memberi nasihat kepada tentang sesuatu yang sebenarnya Anda sudah tahu. Anda sudah menjalankannya selama ini. Anda pernah membacanya. Anda pernah mendengarkannya. Namun, haruskah kita mengatakan hal jelek terhadap pemberi nasihat. Anda berusaha menunjukan diri bahwa Anda sudah tahu?
Tentu tidak, ingat bahwa nasihat tanda cinta. Meski kita sudah tahu, anggaplah itu untuk mengingatkan. Mungkin Anda tidak lupa, tetapi saat Anda mendengar secara berulang kali, maka akan lebih meresap ke dalam hati Anda dan akan membentuk karakter dan kepribadian Anda. Itu adalah sesuatu positif. Kenapa Anda harus menolaknya? Kenapa harus menunjukan ego sendiri?
Lihatlah Nasihatnya Bukan Orangnya
Terimalah nasihat meski Anda sudah tahu, bahkan saat Anda yang sebenarnya lebih pantas memberi nasihat. Bisa jadi, orang yang memberi nasihat tidak lebih tahu dibandingkan dengan Anda. Mungkin dia masih awam, kurang ahli, kurang bijak dibandingkan dengan Anda. Namun, lihatlah nasihatnya. Tidak perlu melihat orangnya, selama itu baik, bermanfaat untuk Anda, maka Anda patut berterima kasih.
Tidak perlu mempertanyakan “siapa loe?” Ini artinya kesombongan Anda muncul, merasa diri lebih hebat dibandingkan pemberi nasihat, padahal bisa jadi dia tulus ingin membantu Anda.
Jika Nasihat Tidak Sempurna
Ada Yang Salah
Bisa jadi Anda menerima nasihat yang salah. Itu bisa saja, yang namanya orang tidak luput dari kesalahan. Atau bisa jadi nasihat itu salah bagi Anda saja karena kondisi dan situasi Anda berbeda. Namun lihatlah niat dibaliknya. Dia memberikan nasihat kepada Anda karena peduli. Mungkin salah karena dia tidak tahu kondisi Anda yang sebenarnya. Anda tidak perlu membantahnya, apalagi sambil marah atau menyerang dengan kata-kata yang tidak baik.
Tetaplah menerima nasihat itu. Tetaplah berterima kasih meski terlihat tidak berguna bagi Anda. Bahkan, jika sebuah nasihat seolah akan menjerumuskan Anda, tetaplah berterima kasih. Jika perlu, berikan penjelasan dengan cara yang baik bahwa nasihat tersebut tidak cocok dengan Anda. Jika salah, jelaskan dengan cara yang baik pula. Jangan sampai cinta dan kepedulian orang malah kita balas dengan sesuatu yang tidak mengenakan.
Nasihat Yang Tidak Lengkap
Pastinya, Anda akan menerima nasihat yang tidak lengkap. Tentu saja, karena tidak mungkin semuanya dibahas dalam satu pembicaraan. Anda akan selalu bisa melihat ada kekurangan dalam nasihat. Jika Anda meneirma nasihat tentang menuntut ilmu, mungkin Anda melihat ada yang kurang. Bisa jadi Anda mengatakan:
“Percuma menuntut ilmu, jika tidak diamalkan.”
Apa yang Anda katakan itu benar. Dimana masalahnya?
Pertama, Anda mengalihkan fokus. Mungkin pemberi nasihat itu sedang fokus tentang menuntut ilmu. Sama sekali tidak ada perkataan yang melarang amal atau tidak perlu diamalkan. Dia hanya sedang membahas ilmu. Saat Anda mengatakan hal itu, sebenarnya itu muncul dari ego, ingin menunjukan diri lebih tahu.
Kalau pun, nasihat itu dilanjutkan. Misalnya Anda harus beramal, maka Anda bisa menjawab lagi:
“Percuma beramal jika tidak ikhlas.”
Sekali lagi, isi dari perkataan itu tidak salah. Yang salah adalah sikapnya dalam menerima nasihat. Nasihat itu tidak pernah lengkap. Tidak mungkin bisa membahas seluruh Al Quran hanya dalam satu buku, satu artikel, apalagi satu status di halaman facebook.
Jika Anda hanya melihat apa yang kurang, maka Anda hanya fokus pada kekurangan itu. Sementara fokus Anda dalam menerima akan hilang.
Kedua, jika Anda terus melihat kekurangan dan menunjukan kekurangan tersebut, itu artinya Anda hanya mementingkan ego Anda. Nasihat tidak akan berarti sama sekali jika Anda fokus mengurus ego Anda, jika Anda ingin dilihat lebih tahu, lebih bijak, dan lebih pintar.
Orang sedang membahas masalah amal bukan berarti tidak tahu tentang ikhlas, hanya saja dia sedang fokus membahas amal, saat itu. Mungkin waktu yang lain, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, dia sudah atau akan membahas tentang ikhlas. Mungkin karena kondisi Anda saat ini memang kurang amal. Meski Anda tahu, amal itu harus ikhlas, tetapi jika amalnya tidak ada?
Emangnya Gue Nggak Tau?
Satu lagi kasus, kadang ada orang yang sok pintar, dia menasihati Anda karena dengan maksud merendahkan Anda atau menganggap Anda tidak tahu. Bisa jadi dia memberi nasihat kepada semua orang karena dia ingin dianggap hebat. Mungkin ada. Yang perlu kita perhatikan adalah
• Tidak semua orang yang menasihati Anda bermaksud merendahkan Anda. Jadi jangan selalu memunculkan ego atau melawan saat ada seseorang yang menasihati Anda, karena bisa jadi dia orangnya tulus. Meski isinya Anda sudah tahu, tetaplah berbaik sangka dan berterima kasih.
• Jika isinya baik, kenapa tidak? Mungkin, sekali lagi mungkin, seseorang bermaksud merendahkan Anda, namun jika isinya itu baik, terima saja. Kita tidak akan pernah menjadi rendah karena menerima nasihat yang baik. Fokuslah pada diri Anda.
Pada zaman sekarang, zamannya informasi, Anda akan mudah menerima nasihat. Bisa melalui media, website, facebook, twitter, dan SMS. Banyak sekali caranya. Jika kita menyikapinya dengan baik, maka nasihat-nasihat yang datang akan mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih baik.
sunber notivasi islami

Wednesday, April 27, 2011

Rahasia Sholat Pernah Diungkap Rosulullah SAW

Rahasia Sholat Pernah Diungkap Rosulullah SAW

Para pembesar Yahudi melakukan pertemuan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri kalangan pendeta Yahudi, mereka membahas langkah baru guna menghadapi ajaran Rasulullah Saw. Mereka ingin mempertanyakan kebenaran agama Islam dan menghalangi cahaya dahsyat yang memancar dari agama ilahi tersebut.

Pertemuan pun digelar dan dihadiri ulama Yahudi yang paling alim saat itu. Berbagai usulan pun disampaikan dalam pertemuan tersebut. Usulan terbaik dalam pertemuan itu adalah menguji Rasulullah Saw di depan umum melalui berbagai pertanyaan pelik. Dengan cara itu, mereka berupaya menjatuhkan sosok Rasulullah Saw di depan umum.

Berdasarkan usulan tersebut, sekelompok ulama Yahudi pergi ke masjid dan mohon kepada Rasulullah Saw supaya menjawab pertanyaan-pertanyaannya di depan umum. Mendengar permohonan mereka, Rasulullah Saw menyambutnya dengan baik. Rasulullah pun menjawab satu persatu pertanyaan yang dilontarkan ulama Yahudi. Mereka pun terperangah mendengar jawaban Rasulullah Saw.

Seorang pembesar Yahudi berpikir akan mengalahkan Rasulullah Saw dengan pernyataan terakhir. Ia bertanya, "Mengapa Allah Swt mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam? Mengapa tidak kurang dan tidak lebih dari jumlah tersebut?

Rasulullah Saw dengan wajah sucinya yang menampakkan kerinduan kepada Allah Swt, menjawab, "Saat waktu Dzuhur tiba, segala sesuatu berada di bawah singgasana (Arsy) Allah Swt, yang semuanya bertasbih memuji Allah Swt. Untuk itu, Allah Swt mewajibkan shalat Dzuhur kepadaku dan ummatku, khusus waktu itu." Beliau bersabda, "Dirikanlah shalat dari tergelincirnya matahari hingga menjelang gelap malam."

Adapun shalat Ashar bertepatan dengan waktu saat Nabi Adam as memakan buah yang dilarang oleh Allah Swt. Akibat perbuatan itu, Nabi Adam as dikeluarkan dari surga. Untuk itu, Allah Swt mewajibkan shalat Ashar kepada keturunan Adam as dan ummatku. Sholat ini adalah shalat yang paling dicintai di sisi Allah Swt.

Mengenai shalat Maghrib, Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt menerima taubat Nabi Adam setelah bertahun-tahun, dan memerintahkannya untuk mengerjakan shalat tiga rakaat. Allah Swt mewajibkan shalat Maghrib kepada ummatku, karena saat itulah doa-doa hamba-Nya akan dikabulkan. Allah Swt dalam surat Ar Ruum ayat 17 berfirman, "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh."

Setelah itu, Rasulullah berbicara mengenai shalat Isya dan bersabda, di alam kubur dan hari kiamat diliputi kegelapan yang menakutkan yang hanya dapat diterangi dengan cahaya shalat Isya. Alllah Swt berfirman, tidak ada langkah untuk mengerjakan sholat Isya melainkan Allah Swt menjauhkan tubuh orang yang melakukan sholat tersebut dari api neraka."

Adapun mengenai shalat Shubuh, para penyembah matahari melakukan ritual yang diyakini sebagai ibadah, saat matahari terbit. Untuk itu, Allah Swt memerintahkan mukminin beribadah mengerjakan sholat Shubuh sebelum orang-orang kafir bersujud menyembah matahari.

Penjelasan tersebut merupakan bagian dari rahasia shalat lima waktu yang disampaikan Rasulullah Saw di depan pembesar Yahudi. Mendengar penjelasan Rasulullah Saw, para pembesar Yahudi terkesima dan bungkam seribu bahasa. Para pembesar dan ulama Yahudi saat itu tidak mempunyai alasan lain untuk mengingkari ajaran ilahi yang diemban oleh Rasulullah Saw. Orang-orang Yahudi pun segera meninggalkan masjid, tempat mereka menguji Rasulullah Saw.
http://situslakalaka.blogspot.com/2011/04/rahasia-sholat-pernah-diungkap.html

Saturday, March 12, 2011

4 Malaikat yang Mendatangi Kita ketika SAKIT

Tak perlu Anda bersedih dalam sakit karena itu adalah ujian dalam ibadah Anda. Salah satu bukti kasih sayang-Nya adalah, Allah mengutus 4 malaikat untuk selalu menjaga kita dalam sakit. Berikut adalah penjelasannya;

“Apabila seorang hamba yang beriman menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu pada saat sehat dan pada saat waktu senangnya.” Ujaran Rasulullah SAW ini diriwayatkan oleh Abu Imamah al-Bahili. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda :

“Apabila seorang hamba mukmin ditimpa sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”
Allah memerintahkan :
Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya
Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.
Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya , maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.

Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat 1, 2 dan 3 untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba. Namun untuk malaikat ke 4, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya dari hambanya. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata : “Ya Allah mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”

Allah menjawab : “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”

Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat menghilangkan dosa selama setahun.” (http://situslakalaka.blogspot.com)dalam http://moeflich.files.wordpress.com/2011/01/penampakkan-malaikat-copy-copy.jpg

Tuesday, February 22, 2011

Keoknya Argumen Profesor yang Menganggap Agama hanyalah Mitos

Keoknya Argumen Profesor yang Menganggap Agama hanyalah Mitos

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini,
“Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?“
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi.
“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Apakah kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja gelap itu ada.”

Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak.Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.”

Profesor itu terdiam.

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

(Situslakalaka.blogspot.com)

Friday, February 18, 2011

SETARA Institute, Menghadang Syariah dengan Kedok Toleransi

Oleh Asmu’i Marto

a


Beberapa waktu lalu SETARA Institute melalui Diskusi Publik Deradikalisasi Agama untuk Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara dan Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan, kembali meneguhkan militansinya terhadap paham sekularisme dan pluralisme di Indonesia. Diskusi yang bertempat di Hotel Century Park Senayan Jakarta tersebut merupakan upaya ‘serius’ mereka memasarkan pandangan sekular-pluralis yang dibungkus dengan baju penelitian Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat: Implikasinya terhadap Jaminan Kebebasan Keragaman / Berkeyakinan, dirilis Rabu, 22 Desember 2010.

Sejatinya, penelitian itu dimaksudkan untuk membina toleransi umat beragama. Tapi ternyata isinya hanyalah copy paste atas tradisi dan budaya Barat hari ini. Oleh sebab itu, semua pandangan yang tidak sejalan dengannya menjadi salah.

Akhirnya, di negeri ini seolah-olah hanya mereka yang paling toleran dan paling berhak berbicara tentang toleransi. Juga, seakan-akan hanya mereka yang paling nasionalis dan paling kompeten untuk menilai suatu pemikiran/tindakan itu toleran atau tidak. Benarkan demikian? Mari kita lihat!

Membatasi Peran Agama


Menurut hasil penelitian LSM Setara Institute, Masyarakat Jabodetabek dan Jawa Barat memiliki tingkat toleransi yang tinggi hanya pada ranah relasi sosial saja, seperti dalam berteman, bertetangga dan mengikuti perkumpulan. Sebaliknya, dalam masalah privat, justru masyarakat di daerah-daerah tersebut sangat intoleransi. Dalam masalah nikah beda agama misalnya, penolakan masyarakat mencapai angka 84, 13 persen, yang menerima hanya 14, 29 persen. Mereka juga menolak jika ada anggota keluarga yang pindah ke agama lain (tribunnews.com/2010/12/22/).

Penggunaan istilah “privat” untuk menggambarkan masalah-masalah yang terkait dengan akidah adalah bentuk penghinaan terhadap Islam. Bagaimana tidak, dalam Islam persoalan akidah sangat mendasar dan mewarnai segala aktivitas fikir dan perbuatan setiap Muslim, baik ketika maupun dalam kehidupan bermasyarakat (baca: Bediuzzaman Sa’id Nursi). Sementara mereka justru ingin membuang peran Islam dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, mereka bermaksud mendikte Allah swt dalam merumuskan konsep kehidupan sosial, termasuk dalam masalah toleransi.

Sekularisme berasal dari terma modernisme, yang dilatarbelakangi ajaran Bible “berikan hak Tuhan pada Tuhan dan berikan hak raja kepada raja”. Dari sini kemudian terjadi pemisahan antara agama dan gereja. Kemudian, para saintis mengembangkannya menjadi doktrin epistemologi dualism dan dikotomi. Sehingga agama dan sains, objektif dan sibjektif, rasional dan empiris laksana dua kutub yang tak pernah bertemu. Tapi kemudian, hal ini menjadi masalah serius bagi mereka sendiri. John Esposito misalnya, dalam seminar Islamic Philosophy and Science tahun 1992 di Pinang, Malaysia, menegaskan bahwa saat ini Barat dalam keadaan dead-lock. Sebab mereka tidak pernah bisa menyatukan dualisme dan dikotomi. Selain itu, sekularisme telah menyebabkan masyarakat Barat meninggalkan agama (Kristen). Petaka ini tampak dari pernyataan menyesal para pendetanya, Spirituality has gone to the east (baca juga: The Christian Research Journal, 1990, p. 39).

Anehnya, pandangan dichotomy seperti itu malah dijiplak oleh LSM Setara Institute. Mereka berbicara panjang lebar tentang kehidupan sosial, mengenai hubungan antar agama dan pernikahan beda agama. Namun pada saat yang bersamaan tidak sama sekali menyinggung masalah akidah umat Islam. Ini menunjukkan bahwa bagi mereka, kehidupan sosial dan akidah adalah dua hal yang terpisah, tak memiliki kaitan. Makanya ‘masyarakat yang menolak pernikahan beda agama dan tidak menyetujui anggota keluarga yang pindah agama’ mereka sebut sebagai intoleransi. Ini jelas bertentangan dengan doktrin tauhid dalam Islam.

….Dari sini jelas peneliti Setara Institute sama sekali tidak mengenal Islam. Bisa juga mereka memang sengaja tidak mau tahu dengan bagaimana Islam yang sebenarnya…

Dari sini jelas peneliti Setara Institute sama sekali tidak mengenal Islam. Bisa juga mereka memang sengaja tidak mau tahu dengan bagaimana Islam yang sebenarnya. Sebab sepertinya mereka sengaja membawa Islam kepada doktrin Humanisme Sekuler. Yang jelas ini menjadi bukti bahwa penelitian tersebut tidak objektif, tapi bias. Sebagai kerja ilmiah, seharusnya peneliti memahami Islam dari kaca mata Islam, dengan menggunakan worldview Islam. Kenyataannya tidak demikian.

Memaksakan Inovasi Teologis


Paham pluralisme yang difatwa haram oleh MUI pada 29 Juli 2005 tersebut merupakan inovasi teologis dan bentuk final dari pemikiran yang dibawa oleh agamawan liberal. Oleh sebab itu, masyarakat Muslim yang menolak pernikahan beda agama dan tidak mengizinkan anggota keluarga pindah ke agama lain dipandang sebagai intoleransi. Hal ini karena bagi mereka, tidak ada lagi sekat antar agama, termasuk sifat eksklusif teologis masing-masing agama.

Inti doktrin pluralisme agama adalah menghilangkan sifat eksklusif umat beragama. Makanya kelompok agamawan liberal dalam agama-agama tidak lagi mengklaim bahwa agama mereka adalah sempurna dan absolute. Begitu juga,

orang-orang sekular-pluralis tidak lagi menginginkan umat Islam bersifat fanatik, merasa benar sendiri dan menganggap agama lain salah. Adalah John Hick, tokoh paling besar dan paling penting dalam wacana pluralisme agama telah menegaskannya. Menurutnya, di antara prinsip pluralisme agama adalah menyatakan bahwa agama lain adalah sama-sama jalan yang benar menuju kebenaran yang sama (Other religions are equally valid ways to the same truth). Semua ini erat kaitannya dengan gerakan Postmodernisme, yang diterima baik oleh mereka yang menerima aliran-aliran filsafat postmodern, khususnya dekonstruksionisme.

….Sebagai kerja ilmiah, seharusnya peneliti memahami Islam dari kaca mata Islam, dengan menggunakan worldview Islam. Kenyataannya tidak demikian….

Gerakan pluralisme agama adalah salah satu agenda liberalisasi pemikiran. Dalam pandangan manusia pluralis, semua agama adalah sama benarnya dan sama validnya. Paham ini setidaknya memiliki dua aliran yang berbeda tapi ujungnya sama, yakni aliran kesatuan transenden agama-agama (transcendent unity of religion) dan teologi global (global theology). Aliran pertama lebih merupakan protes terhadap arus globalisasi, sedangkan yang kedua merupakan kepanjangan tangan dari gerakan globalisasi. Dan dalam perkembangannya, aliran global theology menjadi corong utama gerakan westernisasi.

Strategi Orientalis Menghancurkan Umat Islam


Gagasan sekular-pluralis sebagaimana yang melatar belakangi hasil penelitian LSM Setara Institute merupakan kepanjangan tangan dari agenda orientalis untuk mempersiapkan generasi baru dari kalangan umat Islam yang jauh dari Islam, menjadikan kita tidak lagi bangga dengan Islam. Generasi Muslim yang sesuai dengan kehendak imperialis, generasi yang malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsunya.

Di sini, mereka tidak lagi bermaksud memurtadkan seorang Muslim dari Islam, tapi menjadikan umat Islam tidak lagi berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga tidak lagi berakhlak karimah. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Samuel Zwemmer, seorang orientalis yang menjabat direktur organisasi misionaris dan juga pendiri Jurnal the Muslim World pada tahun 1935 pada Konferensi Misionaris di Kota Yerusalem. Semua ini adalah Ini adalah bagian dari gerakan liberalisasi pemikiran Islam.

….mereka tidak lagi bermaksud memurtadkan seorang Muslim dari Islam, tapi menjadikan umat Islam tidak lagi berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga tidak lagi berakhlak karimah….

Salah satu cara yang mereka tempuh untuk tujuan tersebut adalah membesar-besarkan masalah toleransi, seakan-akan ia hal baru dalam Islam. Padahal jika kandungannya bukan ide-ide sekular-pluralis, Islam sudah matang bertoleransi sejak ia lahir. Sementara jika maknanya adalah relativisme, maka pluralisme tidak lebih dari kepanjangan tangan dari postmodernisme.

Ada di antara orang-orang pluralis yang mengatakan bahwa famam yang mereka anut adalah pluralisme sosiologis yang merujuk kepada Peter L Berger atau Diana L Eck. Padahal keduanya memiliki teori yang sama bahwa sumber kebenaran itu tidak hanya satu tapi banyak. Artinya, pluralisme itu sendiri sudah mengandung pandangan relativitas dalam kebenaran, atau setidaknya, curiga terhadap kebenaran. Pluralisme ini tidak berpegang pada suatu dasar apa pun.

Tidak boleh ada kebenaran tunggal. Bahkan dalam satu pengertian, pluralisme mengajarkan bahwa sebenarnya kebenaran itu tidak ada (baca: The Grolier Webster Int. Dictionary Of The English Language; Oxford Advanced Lear ners’ Dictionary of Current English dan Oxford Dictionary of Philosophy).

Ungkapan bahwa yang mereka kembangkan adalah pluralisme sosiologis dan tidak menyentuh ranah teologis hanyalah agar faham itu tidak ditolak oleh umat Islam. Dan di lapangan, kenyataan bahwa faham pluralisme hanya menyentuh ranah sosiologis tidak pernah terbukti, seperti yang tampak dalam penelitian SETARA Institute ini.

Untuk memperlancar gerakan liberalisasi melalui faham sekular-pluralis ini, para orientalis membuat label-label negatif terhadap siapa saja yang menyalahi paham tersebut. Karenanya, pandangan yang menyalahi cara pikir sekular-liberal selalu diposisikan berhadapan dengan fundamentalisme religius (baca: Cheryl Bernard). Dalam situs Kedutaan Besar AS disebutkan program Mengembangkan Paham Pluralisme dan Toleransi untuk Menghadapi Ekstrimisme.

Dan ternyata, beberapa hari yang lalu, kita umat Islam Indonesia menyaksikan bahwa trik orientalis tersebut diperagakan dengan sangat sempurna oleh LSM Setara Institute. Atas nama riset dan penelitian yang dilakukan dengan cara pandang dan tujuan yang diwarnai oleh Worldview Barat Postmodern seperti penjelasan di atas, mereka menyematkan cap “radikal dan intoleran” terhadap sejumlah ormas Islam, seperti: FUI (Forum Umat Islam), FPI (Front Pembela Islam), GARIS (Gerakan Reformasi Islam), FAPB (Front Anti Pemurtadan Bekasi), FUI (Forum Ukhuwah Islamiyah) Cirebon, Tholiban, DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), dan sejumlah majelis taklim lainnya.

Tidak itu saja. Sebelum dialog berlangsung, SETARA Institute mengaku telah menemui institusi Negara. Mereka merekomendasikan kepada Negara agar menegakkan hukum bagi para pelaku kekerasan, intoleransi, dan diskriminasi dan melakukan deradikalisasi pandangan, prilaku dan orientasi keagamaan melalui kanal politik dan ekonomi, terang salah satu peneliti Setara Institut, Ismail Hasani.

Dengan label negatif diikuti dengan rekomendasi tersebut tampak jelas bahwa apa yang sedang dilakukan oleh Setara Institute adalah upaya untuk menggambarkan seolah-olah yang mendukung syariat Islam adalah yang anti Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan yang menentang syariat Islam adalah yang pro-Pancasila dan UUD 1945. Benarkan demikian? Tentu tidak. Sebab Setara Institute menggunakan worldview sekuler-pluralis dalam menafsirkan Pancasila, dan itu bertentangan dengan hakikat makna yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri.

Di Indonesia, ‘cara’ menghadang masyarakat Muslim mengamalkan Syariat Islam seperti yang dilakukan oleh Setara Institute bukanlah hal baru. Cara-cara seperti itu sudah lama dilakukan oleh para pendukung program liberalisasi pemikiran Islam di Indonesia. Pada era 80-an misalnya, KH Saifuddin Zuhri, seorang tokoh NU yang menjabat Menteri Agama RI telah mengurai adanya upaya-upaya dari pihak-pihak yang hendak menghadang Islam dengan melabel umat Islam yang berupaya menjalankan syariat Islam sebagai ekstrimis dan radikal. Padahal menurut beliau, adalah wajar jika umat Islam mempertahankan keyakinan mereka. Dan yang demikian bukanlah radikalisme apalagi ekstrim.

Yang perlu ditegaskan di sini, segala upaya untuk memisahkan umat Islam dari Islam bertentangan dengan konstitusi Negara kita. Sebab dalam Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, Soekarno telah dengan tegas menyatakan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi Negara Indonesia, yaitu UUD 1945. Di mana di dalamnya tertera 7 kata yang sebelumnya dihapus, yakni dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya (baca: Kaleidoskop Politik di Indonesia, jilid 3).

Epilog


Uraian ini menunjukkan bahwa tidak ada yang baru apalagi istimewa dalam penelitian yang dilakukan oleh LSM Setara Institute ini. Motifnya sama saja dengan apa yang pernah dicetuskan oleh para orientalis. Sehingga, kesan yang tampak justru hanya untuk menjustifikasi gagasan sekular-pluralis yang lahir dari rahim Barat, bukan untuk toleransi sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan. Selain itu, cara fikir dan logika kerja yang mereka gunakan dalam penelitian tersebut sama persis dengan strategi-strategi orientalis dalam menjauhkan umat Islam dari Islam. Anwar Al-Jundi menyatakan bahwa para orientalis dalam mengkaji Islam, pertama-tama menentukan tujuan. Kemudian untuk membuktikan proposisinya, mereka mengumpulkan berbagai macam data. Selanjutnya mereka menfsirkannya sesuai dengan tujuan mereka itu. Sehingga lahirlah teori-teori baru. Dan ini yang terjadi dalam penelitian Setara Institute, menemukan teori toleransi baru, yang sangat bertentangan dengan Islam.

….tidak ada yang baru apalagi istimewa dalam penelitian yang dilakukan oleh LSM Setara Institute ini. Motifnya sama saja dengan apa yang pernah dicetuskan oleh para orientalis….

Dengan demikian, penelitian Setara Institute lebih merupakan infotainment bagi manusia postmo. Realitas Konstitusi Negara yang mengakui hak-hak umat Islam untuk menjalankan syariat Islam seakan ditutup-tutupi. Sehingga benar yang disampaikan oleh KH Muhammad Al-Khathtath, Setara Institute yang justru tidak Pancasilais. Jika cara fikir Setara Institute itu diikuti, maka Islam harus menyesuaikan diri dengan merubah konsep akidahnya. Sebaliknya, jika menolak maka Islam menjadi salah. Wallahu a’lamu bi ash-Shawab.

Penulis adalah Peneliti Muda pada Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) Institut Studi Islam Darussalam Gontor.



(voa-islam.com)

Rahasia Matematika Shalat: Betapa Tak Berartinya Shalat Kita

Berapa lamakah kita shalat dalam sehari semalam? Jika setiap rakaat kita perkirakan dua menit, maka dalam sehari-semalam jumlahnya ada 34 menit. Artinya?

Dalam sehari hanya kita isi sebanyak 2,4 persen dari 1440 menit. Dalam satu minggu, berarti ada 238 menit atau 3,96 jam. Dalam satu bulan, lama shalat kita sebanyak 952 menit atau 15,86 jam. Dan setahun, ada 11.424 menit atau 190,4 jam, yang berarti setara dengan 7,93 hari.

Jika rata-rata usia hidup manusia selama 60 tahun, dan dikurangi dengan 10 tahun masa awal akil baligh (dewasa), maka hanya 50 tahun seseorang melaksanakan shalat dalam hidupnya. Itu berarti, sepanjang hidupnya ia melaksanakan shalat fardlu selama 571.200 menit atau sekitar 9.520 jam, atau 396,7 hari (1,1 tahun).

Bisa dibayangkan, selama hidup, kita hanya butuh waktu untuk shalat fardhu selama 1,1 tahun, atau dalam satu tahun hanya 7,93 hari, atau dalam satu hari hanya 34 menit. Dari sini terlihat betapa jauhnya perbandingan ketaatan kita kepada Allah SWT dengan nikmat yang diberikan-Nya kepada kita dengan nikmat usia.

Maka, sangat disayangkan apabila ada orang yang tidak melaksanakan shalat karena alasan tidak ada waktu atau sibuk. Padahal, jika kita jujur terhadap diri sendiri, kita mampu berlama-lama bertelepon, nongkrong di depan komputer, jalan-jalan, nonton TV, dan lain sebagainya.

Ingatlah, Abu Zubair menceritakan bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran itu terdapat perbuatan meninggalkan shalat’.” (HR Muslim).

Oleh karena itu, jangan pernah merasa puas dan berbangga diri dengan ibadah yang telah kita laksanakan. Sebab, bisa jadi ibadah kita, terutama shalat, tidak akan berarti apa-apa bila hal itu kita kerjakan dengan tidak ikhlas. Apalagi berharap surga. Allah menyindir orang yang demikian dengan pendusta agama. (QS Al-Maun [107]: 1-7).

Jadi, jangan hanya mengandalkan masuk surga dengan selembar tiket shalat fardhu.

Silakan menjaring rahmat Allah dengan banyak beramal saleh. Berinfak, zakat, puasa, haji, akur dengan tetangga, menyambung silaturahim, mengurus keluarga, belajar, menyantuni anak yatim, tidak membuang sampah sembarangan, bahkan hanya tersenyum kepada teman pun termasuk amal shaleh. Wallahu a’lam. (situs lakalaka.blogspot.com)