Thursday, April 22, 2010

PESAN

Bintang-bintang mulai bermunculan. Langit sudah mulai hitam. Sepi. Wussh...!!. Angin bertiup kencang pada malam itu. Linda hanya duduk termenung di ruang tamu. Tiba-tiba... tok..tok..tok.. terdengar suara orang mengetuk pintu.
huhh..siapa ya, malam-malam begini??
“iya tunggu sebentar!!”
Linda pun beranjak dari tempat ia duduk dan berjalan menuju pintu. Tetapi saat membuka pintu. Kosong. Tak ada satu pun orang di depannya. Linda terheran. Anneh..!! pikirnya. Linda melangkahkan kaki ke depan bermaksud ingin mencari orang usil yang mungkin sedang mengerjainya. Tapi hasilnya nihil. Memang tidak ada siapa pun di sana. Ah..mungkinkah aku sedang berhalusinasi??. Linda pun berbalik dan kembali masuk ke dalam rumahnya. Saat berdiri tepat di depan pintu. Shrrekk.... Linda merasa ia telah menginjak sesuatu. Dan ternyata benar. Sebuah amplop putih yang ia injak.
“Amplop siapa ini?? Apa amplop ini ditujukan kepadaku?? Atau mungkin salah alamat??” Tanya Linda dalam hati.

Untuk putriku Meylinda Putry Cecylia.

Kalimat itu tertulis jelas di depan amplop. Itulah yang membuat Linda yakin bahwa amplop itu memang ditujukan kepadanya. Tak sabar. Linda segera membuka isi amplop itu. Sepucuk surat. Dan dilihat dari kalimat tadi, Linda semakin yakin kalau surat tersebut dari ibunya. Karena hanya ibunyalah orang tua yang ia miliki saat ini. Ayahnya telah meninggal dunia karena kecelakaan.

Linda, bagaimana kabarmu,nak? Maafkan mama karena selama ini mama tidak pernah menghubungimu. Kalau bisa, maukah kamu datang kemari liburan sekolah nanti? Betapa senangnya hati mama seandainya kita bisa bertemu lagi.

Tess.... tak terasa sebutir air mata Linda jatuh membasahi kertas. ‘Memang aku rindu pada mama. Tapi dia tega meninggalkan aku dan ayah karena kami miskin. Bahkan waktu pemakaman ayah pun dia tidak menampakkan mukanya. Walau pun sebenarnya aku tak ingin, tapi sekarang, aku tak punya siapa-siapa lagi untuk bergantung selain dia.’
Di bagian bawah surat tertulis alamat rumah ibu Linda yang berada di kota X. Dan Linda tersentak setelah melihat tulisan tersebut.
“hha..!!ini kan kota tempat ayah kecelakaan.” Kata Linda. Hal inilah yang membuat Linda ingin pergi ke tempat ibunya. Linda pun memutuskan, ia akan berangkat besok malam dengan menaiki kereta api.
**
‘baru jam 7 lewat kenapa sudah sepi, ya? Apa tidak ada bus atau taksi?’ pikir Linda. walaupun Linda sudah menulis surat tentang keberangkatannya hari ini, tapi itu tidak menjamin ibunya akan menjemput. Ciit.... tiba- tiba sebuah mobil berhenti di depannya. ‘Syukurlah, lebih baik aku Tanya pada orang itu.’
“maaf,pak. Apakah anda tau rumah Pak. Andi Brahmantyo?”Tanya Linda kepada orang yang sama sekali tidak ia kenal.
“eh!? Rumah Pak. Andi Brahmantyo??” orang itu kaget dan terlihat ketakutan
“sebaiknya kamu jangan pergi ke tempat itu!!urungkan saja niatmu!!” setelah memberikan saran demikian kepada Linda, orang itu langsung buru-buru pergi.
“eh,pak. Tunggu...” Linda berusaha mencegah kepergian orang itu. “ tunggu sebentar,pak. Paling tidak, tolong beri tahu saya bagaimana caranya agar bisa sampai ke sana. Karena Ibu saya tinggal di sana. saya mohon,Pak.” pinta Linda.
“oh..jadi kamu anak istri kedua Pak. Andi Brahmantyo, ya?” Tanya orang itu.
“iya benar, pak.”jawab Linda.
“Baiklah. Aku akan mengantarmu ke sana. Soalnya tempatnya tidak bisa dicapai dengan jalan kaki.” Kata orang itu kemudian.
“tapi,pak. Anda bilang tadi lebih baik jangan mendekati tempat itu. Sekarang kok malah mau mengantar saya.” Linda bingung.
“karena ada desas-desus, disana ada hantunya.” Sahut orang itu.
Hantuu...?? pikir Linda, dia mungkin adalah orang yang suka berbicara yang tidak-tidak. Dia kelihatan suram dan membuat perasaan Linda jadi tidak enak. Kemudian dari belakang, ada yang memegang bahu Linda. sreet.... reflek, Linda melepaskan pegangan itu dari bahunya. Linda pun menoleh kearah orang yang memegang bahunya. Ternyata, dia adalah seorang pria berwajah sangat tampan.
“wah, maaf ya. Sepertinya aku telah mengejutkanmu. Aku datang untuk menjemputmu.” Kata pria itu.
Waah...tampan sekali!! “e…eh…! Iya” sambung Linda gugup.
“kenalkan, namaku Mario Stevano Brahmantyo. Panggil aja aku Rio. Kamu pasti Linda kan?” lanjut pria tampan itu.
“i..iya, aku Meylinda Putry Cecylia. Panggil aja aku Linda. Berarti kamu anak Pak. Andi Brahmantyo donk..” terus Linda.
“yupps..bener banget. Aku yang ditugaskan menjemputmu. Kalo’ gitu, ayo kita pergi sekarang!!lama-lama disini kita bisa kedinginan.” Ajak Rio.
Ah, bagaimana dengan orang tadi??
“ada apa lagi?” Tanya Rio.
Ah, biar saja... “e..nggak ada apa-apa kok.” Jawab Linda.
Linda dan Rio pun menuju mobil. Mobil itu melaju kearah gunung. Dan di gunung tersebut merupakan tempat ayah Linda meninggal. Linda berusaha tidak memikirkan hal itu. Sekarang, ia hanya memikirkan apa yang harus Linda lakukan saat bertemu dengan ibunya nanti. Di tengah perjalanan, ia sempat mengobrol dengan Rio.
“benar-benar di balik gunung. Apa tidak repot jadinya?” Tanya Linda.
“bagaimana ya..awalnya ayahku membeli vila ini tanpa perhitungan. Tapi, karena ia sakit-sakitan, sepertinya ia akan tetap tinggal di sini seterusnya.” Jelas Rio.
‘villa...beda sekali dengan kehidupanku dan ayah. Tapi walaupun tak punya uang, bersama ayah saja sudah membuatku bahagia’ pikir Linda.
“berapa lama lagi kita sampai??” Tanya Linda lagi.
“sebentar lagi kok. Kalo’ kita sudah melewati puncak gunung, baru kita sampai.” Jawab Rio.
“puncak gunung??itu kan tempat ayah kecelakaan. Kenapa bisa kecelakaan di tempat yang begitu dekat dengan rumah mama??” kata Linda dalam hatinya.
“Nah..sampai dehh..” ujar Rio.
Mereka berdua sampai di sebuah vila yang begitu megah. Linda sempat heran. Bagaimana mungkin, di balik gunung seperti ini terdapat bangunan yang semegah ini pula. Bangunannya terkesan kuno, tapi bagaimanapun juga memberikan kesan yang menggetarkan perasaan. Memang masuk akal jika penduduk setempat mengatakan bahwa tempat ini adalah rumah hantu.
“silahkan masuk nona..” Rio mempersilahkan Linda masuk.
“iya..terima kasih, Rio..” sambung Linda.
‘anehh..seharusnyaa di dalam lebih hangat dari pada di luar. Tapi, sekarang di sini dingin sekali.’ucap Linda dalam hati. Tak lama kemudian, dari belakang terdengar suara...
“wajahmu benar-benar mirip.” Suara tersebut berasal dari seorang laki-laki tua dengan kursi rodanya. Itukah Pak. Andi Brahmantyo??. Laki-laki tua itu hanya mengucapkan satu kalimat. Dan setelah itu dia pergi. Kemudian, di lantai dua, seorang wanita seumuran ibu Linda memanggil Linda. Dan dia memanglah ibu Linda.
“Linda.” panggilnya.
“ibu.” Sahut Linda.
Wanita itu lari menghampiri Linda. Dan memeluk Linda.
“Linda, mama rindu sekali pada mu,nak. Coba perlihatkan wajahmu pada mama!! Terima kasih Linda. kamu benar-benar kemari. Padahal, mama pikir mama tidak akan pernah bertemu kamu lagi...Aduhh senangnya...” kata mama Linda.
“iya ma. Linda juga rindu mama.” Ujar Linda.
“ya sudah, ayo masuk!! Kamu pasti kedinginan. Mama sudah siapkan makanan untuk kamu saying.” Sambung mama Linda.
Ternyata mama Linda bisa juga menyambut Linda dengan terbuka seperti ini. Sepertinya, dalam hati mama Linda tidak ada kesadaran bahwa ia telah membuang anak perempuannya sendiri.
Saat makan malam, Linda dan keluarga Brahmantyo berkumpul, termasuk Rio.
“sungguh..Linda telah menjadi gadis yang sangat cantik. Mama benar-benar bangga padamu,nak.” Ujar mama Linda.
“ah..bukannya mama yang terlihat selalu muda dan cantik??” sambung Linda.
“Eh, sudah nenek-nenek begini dibilang masih muda.” Sahut mama Linda.
Uhhukk..uhukk...
“papa kenapa,pa?? waduhh..jangan-jangan masuk anginnya kumat lagi.” Kata mama Linda.
sreet… tanpa basa basi lagi, mama Linda mengambil sebuah selimut dari kamar terdekat dan memberikannya kepada kepala keluarga Brahmantyo yang sakit-sakitan itu. Setelah itu, mama Linda mengantarkannya ke kamar. Sementara Linda berbicara pada Rio tentang ibunya itu.
“tak ku sangka.” Kata Linda.
“apa??” Tanya Rio.
“mamaku benar-benar mengabdi seperti itu.” Jawab Linda.
“tak kau sangka?? Tapi, memang dari dulu mamamu melayani ayah dengan sungguh-sungguh,kok. Apalagi sekarang ayah sedang sakit.” Lanjut Rio.
‘ternyata mama benar-benar mencintai dia, sampai dia tega meninggalkan aku dan ayah.’ Pikr Linda.
Malam pun semakin larut. Semua orang ingin melepas lelah dengan mereka tidur. Tapi tidak dengan Linda, ia tidak bisa tidur karena kedinginan. wussh..wusshh... angin di luar pada malam itu benar-benar dingin.
Berr..berrr... “uuuuh..kenapa dingin sekali malam ini?? Aneeh.. dinginnya tak seperti biasanya.” Ujar Linda.
“waah..apinya mati, pantas saja.” Setelah melihat perapian dan perapiannya mati, Linda berniat ingin menyalakannya. Tapi, persediaan batu bara di kamar itu pun telah habis. Linda ingat, dia melihat tumpukan batu bara di ada di ruang tamu. Linda pun pergi menuju ruang tamu untuk mengambil batu bara. Saat sampai di ruang tamu. Sepi. Linda merasa hanya sendirian di rumah ini. Tiba-tiba terdengar suara tap..tap..tap..krrieeet... “suara apa itu??” Tanya Linda dalam hati pada dirinya sendiri.
“ohh..hanya jemdela yang terbuka. Aku harus menutupnya.” Ujar Linda setelah melihat jendela yang mengarah ke taman terbuka. Saat melewati ruang keluarga, Linda melihat seluruh ruangan tersebut penuh dengan darah. Aaaaaaaa.... teriakan Linda membuat semua orang terbangun.
“ada apa Linda??” Tanya Rio.
“itu ruang keluarga penuh dengan darah,Rio. Aku takut.” Jawab Linda ketakutan.
Mama Linda pun ikut terbangun karena teriakan Linda tadi. “kamu kenapa Linda?? ada apa tengah malam begini??” Tanya mama Linda.
Linda pun menjawab, “di ruang keluarga,ma. Banyak darah. Aku takut.”
“ah, masa’ sih,Lin?? Coba kita lihat.” Ujar Rio. Mereka pun sampai di ruang kelurga, dan apa yang dilihat oleh Linda itu berubah. Tidak ada setetes darah pun yang ada di ruang tamu.
“tuhh kan..nggak ada apa-apa.” Kata Rio.
“mungkin kamu Cuma sedang berhalusinasi aja,Linda.” lanjut mama Linda.
“tapi tadii...” sahut Linda.
“sudah..mungkin kamu kecapean. Lebih baik sekarang kamu istirahat!!” kata mama Linda.
Kali ini Linda benar-benar bingung. Jelas-jelas dia tadi melihat darah berceceran dimana-mana. Linda hanya bisa berkata aneeh..!!.
**
Hari ini cuaca cerah sekali. Linda berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling rumah. Saat di ruang keluarga, ia melihat kepala keluarga Brahmantyo yang biasanya naik kursi roda, kali ini dia bisa berjalan sendiri dengan kedua kakinya. Dia mengancam Linda agar tidak memberitahukan semua ini kepada siapa pun.
“shhutt..!!” “ jangan katakana ini pada siapapun!! Kalu tidak, kamu akan terima sendiri akibatnya!!” ancam laki-laki tua itu.
Kemudian, lima hari berlangsung menyenangkan bagi Linda. dan itu semua berkat Rio. Hanya saja pada suatu hari, Linda mendengar mamanya sedang dimarahi oleh kepala keluarga Brahmantyo.
“ah,cerewet!!” ujar Pak. Andi Brahmantyo.
“tapi suamiku...” sahut mama Linda.
“kau kira berkat siapa kau bisa hidup enak seperti ini,hah!!” bentak laki-laki itu. “ sekarang, cepat pijat kakiku!! Capek dan pegal sekali kakiku.” Lanjutnya.
“i..iya.” jawab mama Linda.
Mendengar pertengkaran itu,‘ini jalan hidup yang menjadi pilihan ibu. Aku sama sekali tidak akan bersimpati kepada ibu.’ Pikir Linda.
Tak terasa, Linda ketiduran di sofa.
“wah, sudah hampir jam 1. aku ketiduran di sini. Lebih baik aku segera ganti baju lalu tidur di kamar.” Ujar Linda. Tapi, saat ia ingin menutup jendela, ia melihat sesosok bayangan orang. Ia pun menghampiri bayangan itu. Setelah sampai di tempatnya, bayangan itu menghilang. Ah,mungkin aku salah liat. Pikirnya. Linda pun kembali masuk kedalam rumah. Di dalam rumah, ia malah melihat lampu ruang tengah menyala. Karena penasaran, Linda pun menghampirinya. Di ruang tersebut, Linda melihat mamanya sedang berduaan dengan Rio.
“pengorbanan yang sia-sia.”
“tapi dia sedang sakit, aku tidak tega membiarkannya. Karena aku ini istrinya.”
“tapi kamu tidak cinta kan?”
“kamu jahat,Rio. Kamu menuduhku menikah dengannya karena uangnya?”
“bukan begitu. Dulu ayah memang sosok yang gagah, tapi sekarang, hanya seorang lelaki tua yang sakit-sakitan. Sebaliknya, kamu masih muda dan cantik. Aku sudah tak tahan melihatmu menderita lagi dan lagi. Aku tak mau kau Cuma sekedar jadi ibuku, karena aku…cinta padamu.”
Mendengar pembicaraan itu, Linda sangat terkejut. Mama dan Rio…!!. Dan dari belakang telah berdiri kepala keluarga Brahmantyo dengan membawa sebilah pisau.
“akhirnya tetangkap basah juga. Dasar pengkhianat!!” ujar laki-laki tua itu.
“suamiku, kakimu...” sahut mama Linda.
“ayah, jadi ayah mengikat wanita ini dengan berpura-pura sakit.” Lajut Rio.
“diam kau..!!” bentak Pak. Andi Brahmantyo yang sedang marah besar.
Khhiiaaatttt…………. “mama awass..” teriak Linda bermaksud ingin menolong mamanya yang akan di tusuk oleh suaminya sendiri.
Kyaaaaaa...splassh.... darah mama Linda muncrat kemana-mana. Mama Linda telah tewas oleh suaminya sendiri.
“sekarang giliranmu anak manis.” Mata laki-laki tua itu tertuju pada Linda. Linda tersentak. Ia segera lari dan meminta pertolongan.
“Tolooong...toloong...adduh.” di tengah saat ia berlari, Linda terjatuh karena tersandung sesuatu. Tapi, tiba-tiba, seorang laki-laki yang seumuran dengan kepala keluarga Brahmantyo itu datang menolong Linda. dan tak di duga, laki-laki itu adalah ayah Linda yang ternyata masih hidup.
“ayah..bagaimana bisa?? Ayah kan...” ujar Linda.
“ayo cepat lari!!” sahut ayah Linda.
Crreeb...ayaaaah...!!. ayah Linda pun tewas seketika terkena lemparan pisau. Linda bermaksud ingin menolong ayahnya. Tetapi di saat detik-detik terakhir, ayahnya berpesan kepada Linda “janganlah kau membenci ibumu, ia hanya wanita yang lemah.”
“ayah...” kata Linda sambil menangis.
“Linda, dengan tangan dan kakimu sendiri, gapailah kebahagiaan...” itulah kalimat terakhir dari ayah Linda. Sedangkan pak. Andi Brahmantyo yang berada di tengah jalan, terseret oleh mobil hingga masuk ke jurang.
**
Ayaaah...!!. Linda terbangun dan tiba-tiba berada di sebuah ruangan yang ia tak kenali.
“kamu sudah bangun,Linda.” Ujar Rio.
“Rio, dimana aku??” Tanya Linda.
“Rumah Sakit. Kamu ditemukan pingsan di puncak gunung.” Jawab Rio.
“puncak gunung?? Ayahku?? Lalu mama??” Tanya Linda lagi.
“maaf,Linda. ayahku yang telah membunuh mereka berdua. Dan ayahku sendiri, telah tewas jatuh ke jurang. Sudah dua minggu ini polisi mencari mayat ayahku, tapi tidak ketemu juga.” Jelas Rio.
“dua minggu???”
Beberapa hari kemudian, Linda dibolehkan pulang dari rumah sakit. Ia memutuskan untuk kembali ke kotanya yang dulu bersama Rio. Mereka berdua pun hidup bersama, menjalani susah senangnya hidup bersama. Dan sampai tua, Linda tetap mengingat pesan terakhir dari ayahnya ;
Dengan kaki dan tanganmu sendiri,
Gapailah kebahagiaan...