Tuesday, July 23, 2013

Tragedi Ramadhan Fair

Jika aku dapat meminta agar hidupku sempurna,

itu merupakan godaan menggiurkan-

namun aku akan terpaksa menolak,

karena dengan begitu aku tidak dapat lagi

menarik pelajaran dari kehidupan.

(Allyson Jones)

Seperti tahun kemarin, Ogi selalu kebagian ikutan heboh wara-wiri jadi panitia kegiatan Ramadhan di sekolahnya tahun ini. Segala macem disiapkan. Pokoknya sibuk. Tapi bukan berarti Ogi ditempatkan di bagian ADM lho, alias angkat, dorong, manggul. Hih, itu sih kebangetan aja ketua panitianya kalo anak seganteng Ogi kudu dipajang di bagian itu. Harusnya kan di bagian jagain sendal dan ngecengin beduk. Hi..hi..hi..

Oya, Ogi kebetulan jadi seksi acara. Termasuk bagian yang penting di kepanitiaan. Jadi kalo acaranya jeblok maka yang pertama kali ditunjuk hidung adalah seksi acara. Itu sebabnya Ogi ketar-ketir banget menghadapi ajang Ramadhan Fair di sekolahnya tahun ini. Selain ditempatkan di posyang rawan, Ogi malah jadi ketuanya. Coba, siapa yang nggak resah dan gelisah. Apalagi di situ bercokol Jamil. Anak yang penyakit sablengnya kumat kalo pas gabung sama Ogi. Waduh!


Sebetulnya Ogi udah melayangkan pukulan, eh, protes sama ketua panitia, tapi nggak ditanggepin. Alasannya, Ogi dan Jamil cocok kalo digabungin dalam satu bagian. Bisa saling melengkapi. Paling nggak itu alasan Arya, sang ketua panitia, yang juga kakak kelasnya.

"Hah, apa panitia nggak salah milih neh?" protesnya suatu saat.

"Nggak, kamu memang tandemnya Jamil. Dalam segala hal," Arya meyakinkan.

Ogi ngangkat bahu tanda bingung harus bicara apa lagi. Udah kebayang gimana tingkahnya Jamil kalo kudu barengan sama dirinya. Mending kalo acaranya ringan. Jadi bisa nyantai. Lha, ini kan acara serius. Apalagi pas penutupan ngundang para pembicara kondang segala. Kalo gagal?


Jam dinding di kamar Ogi udah menunjukkan pukul 7 pagi. Sinar matahari pagi nekat menyusup ke kamar Ogi lewat kisi-kisi jendela. Ogi masih rebahan di ranjangnya. Tumpukan kertas di meja belajarnya hasil rapat kemarin belum diketik ulang di komputer.

Lagi bengong begitu, ringtone bernada Stasiun Balapan-nya Didi Kempot berdendang dari HP-nya. Buru-buru Ogi meraih telgam hadiah dari papanya itu. Setelah melihat nama si pemanggil, Ogi langsung pencet tombol "answer".

"Assalamu'alaikum. Ada apa Mil?"

"Wa'alaikumsalam. Ini Gi, ada perubahan tempat acara," suara jamil di seberang sana.

"Acara puncak kita maksudnya?" Ogi meyakinkan.

"Iya, acara Dialog Remaja tentang AIDS dan Seks Bebas," jelas Jamil.

"Bukan di sekolah, maksudmu?"

"Yup, karena acara itu mau ngundang wakil dari SMU lain, dan juga masyarakat umum, jadi tempatnya di Islamic Center," lanjut Jamil.

"Berarti publikasinya juga disebar banyak dong?" tanya Ogi.

"Betul. Makanya, karena ini tinggal tiga minggu lagi. Jadi kudu cepat nih Gi. Begitu kata Kak Arya"

"Ya udah, kalo emang itu keputusan panitia. Aku sih ikut aja. Cuman puyeng juga ya, udah mepet neh," Ogi rada pesimis.

"Tetep semangat atuh Gi!"

"Iya deh. Kita coba nanti,"

"Nah, gitu dong. Udah ya. Eh, sebentar..."

"Ada apa lagi?

"Itu, aku pinjem CD gim ya, buat refreshing neh"

"Wah, kamu ini. Kita lagi sibuk begini, sempet-sempetnya kamu main gim," Ogi rada kesel

"Ya udah deh. Jangan marah gitu dong. Sampe ketemu di sekolah nanti ya. Assalaamu'alaikum," suara Jamil menutup pembicaraanya pagi itu sambil ketawa ngikik, yang langsung dijawab salam juga sama Ogi.

"Wah, berat lagi nih. Gimana urusannya? Perubahan tempat kok mendadak banget. Apa nggak dipikirkan ngurus perizinannya?" Ogi rada nggerutu.

***

Siang yang panas. Sinar matahari terasa menyengat. Ogi yang duduk di dalam angkot udah kepanasan. Beberapa kali ia mengepel, eh, mengelap mukanya dengan sapu tangan. Sesekali melirik jam di lengannya. Ogi takut telat lagi datang ke sekolah. Eh, kacaunya, supir angkot enak-enak aja ngetem nungguin penumpang. Padahal di situ udah hampir lima belas menit. Penumpangyang lain juga nggerutu.

Tiba-tida terdengar suara peluit mengagetkan Ogi. Udah gitu seorang polisi berteriak keras.

"Hoi, To Ming Se, To Ming Se!"

Karuan aja Ogi kaget seperempat hidup.

"Wah, polisi gaul juga neh", pikir Ogi sambil senyam-senyum. Maklum, itu kan tokoh yang diperani Jerry Yan, personelnya F4 di Meteor Garden. Ogi lalu celingukan, kali aja emang ada Dao Ming Shi beneran lagi jalan-jalan beli peniti ke pasar itu. Hi..hi..hi...

Begitu mendekat, polisi langsung negor sopir angkot.

"Eh, apa kamu nggak denger? Kan saya udah suruh supaya kamu minggir sedikit. Jangan ngetem di tengah jalan," bentak sang polisi berpangkat kopral dua
Sep 15, 2009

Supir angkot mendelik karena merasa nggak ada yang nyuruh.

"Lho, tadi saya udah bilang To Ming Se. Itu artinya Tolong Minggir Sedikit" kata polisi muda itu sambil tersenyum kecut. Mungkin bangga karena udah bikin akronim baru yang gaul.

Wackss? Ogi kaget tapi terus senyam-senyum sendiri. Dasar. Kirain apa...

Wah, emang lagi ngetop tuh F4. Grup band yang dilambungkan namanya via serial Meteor Garden itu udah jadi pujaan anak-anak cewek di seantero negeri. Nggak terkecuali anak rohis macam Rosa temennya itu. Meski Rosa nggak sampe masang poster gedenya F4 di kamarnya. Katanya, Rosa sekadar mengagumi aja. Duh, hati-hati lho...

Lima menit kemudian angkot yang ditumpangi Ogi meninggalkan pasar yang macetnya nggak ketulungan. Pokoknya bikin kepala puyeng deh. Sudahlah para pedagang nekat menggelar dagangannya sampe ke badan jalan, para supir angkot juga seenaknya aja ngetem di jalur padat begitu. Bahkan banyak di antara mereka yang doyan berhenti mendadak begitu ngeliat ada penumpang. Maklum ngejar setoran. Duh, kebangetan deh. Kadang-kadang Ogi berpikir, jangan-jangan para supir angkotyang nggak tahu aturan itu, pas bikin SIM, nandatangannya pake arang kayu. Kacau deh.

***

"Gi, ini ada surat keputusan perubahan tempat dari Kak Arya," Jamil menyerahkan selembar kertas berlogo Panitia Ramadhan Fair 1423 H.

"Sebenarnya aku keberatan lho Mil,"

"Nggak apa-apa, kan ada semboyan ringan sama dijinjing, berat elo yag pikul," Jamil terkekeh.

Ogi mendelik. Meski udah tahu gaya sableng temennya itu. Yang dipelotitan mesem-mesem aja.

"Buka topengnya dong Gi! Masak ngelihat temennya begitu. Buka dong topengnya!"

Ogi diem. Wah, ini yang sering jadi masalah. Kadang Jamil nggak bisa ngebedain mana masalah serius dengan masalah yang biasa aja.

"Bodo ah," Ogi kesal.

"Uppss..., sebentar Boss, kita kudu rileks. Nggak usah keburu-buru begitu. Entar nggak baik lho." Jamil nasihatin sambil tetap senyum dikulum.

"Oke deh. Jadi gimana neh teknis perizinan tempat?" Ogi ngelirik Jamil.

"Alhamdulillah, udah siap. Paling kita kudu nyari tambahan dana lagi," Jamil rada serius.

Lagi asyik ngobrol di teras masjid sekolah itu, tiba-tiba Koko ikut nimbrung.

"Gimana Gi, acaranya udah siap nih?" Koko basa-basi.

"Alhamdulillah, meski rada melenceng dari prosedur awal," jawab Ogi.

"Kamu udah siap motret-motret Ko?" Jamil kayaknya gatel kalo nggak nanya.

"Udah, insya Allah siap juga nih,"

"Jangan lupa ya, beli filmnya. Dan terutama nanti kudu motret Jamil yang mirip Vic Zhou ini ya?" pinta Jamil diiringi tawa khasnya.

"Siiplah. Kamu kan fotogenik. Nanti kamu saya potret deket sumur ya, supaya kelihatan seperti timbaan," Koko nggak kalah set.

Ogi dan Koko tertawa sambil megangin perutnya. Tapi bukan Jamil namanya kalo diledekin langsung mengkerut. Berbagai jurus langsung dijajal. Tapi dikacangin aja sama Ogi dan Koko. Sampe Jamil capek sendiri. Hi..hi..hi..

Lagi enak guyon gitu, tiba-tiba terdengar suara merdu milik Rosa mengucap salam. Dan benar, Rosa udah ada di samping teras masjid bareng Vivi. Kontan aja pada kaget. Langsung pada diem tuh bocah-bocah.

"Wa'alaikumsalam," Ogi, Jamil, dan Koko kompakan menjawab salam.

"Ini Gi, mau nanya. Setting acara Dialog Remaja nanti modelnya gimana? Terus para pembicaranya udah fixed belum?" tanya Rosa.

"Nanti dibuat gayeng aja. Rileks. Namanya juga sama anak-anak. Jadi kita butuh moderator yang ngocol. Dan kebetulan ini udah ada 'muridnya' Patrio nih," Ogi nyantai banget sambil nunjuk ke Jamil.

Jamil mendelik. Rosa juga ketawa kecil.

"Dan alhamdulillah, sampe hari ini para pembicara menyatakan siap hadir. Tinggal publikasinya aja barangkali" jelas Ogi.

"Makasih ya Gi. Assalamu'alaikum," kata Rosa sambil berlalu.

"Wa'alaikumsalam," kembali mereka kompakan. Ih, jadi inget iklannya yang "Asyiknya, Rame-Rame..."

***

Nggak terasa waktu begitu cepat berlalu. Persiapan demi persiapan terus dilakukan panitia. Ogi makin sibuk aja. Mulai dari kontrol pembicara untuk acara puncak, ya, sekadar untuk memastikan kehadiran sampe koordinasi dengan berbagai divisi dilakukan Ogi. Maklum, kadang suka ada aja pembicarayang udah bilang siap, eh, pas hari "H"-nya suka berhalangan. Makanya Ogi ngontrol terus supaya kalo pembicara berhalangan bisa dapet cadangannya. (idih, emangnya pemain bola?)

Kiriman: Silvia Puspita S 2010 x.9 sma giri

No comments:

Post a Comment